Selasa, 15 Maret 2016

MANAJEMEN RISIKO (PENGUKURANG RISIKO)



MAKALAH
MANAJEMEN RISIKO
PENGUKURAN RISIKO

 

Dosen pengampu:
Kholis Firmansyah,S.H.I., M.S.I

oleh :
Siti Zunia khoirotin (1401290053)
 Miftakhul Jannah (1401290066)


PRODI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS KH. A WAHAB CHASBULLOH
JANUARI 2016
KATA PENGANTAR

Risiko dapat dikatakan merupakan akibat (atau penyimpanan realisasi dari rencana) yang terjadi tidak terduga walaupun suatu kegiatan telah direncanakna sebaik mungkin, namun tetap mengandung ketidakpastian bahwa nanti akan berjalan sepenuhnya sesui dengan rencana itu. orang serring mengatakan bahwa setiap kegiatan mengandung risiko atau lebih umum lagi dikatakan bahwa hidup kita ini penuh dengan risiko. Jadi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang, kita tidak dapat mengetahui secara pasti. Kita tidak dapat mengetahui secara pasti. Walaupun demikian, orang harus berusaha agar ketika ketidakpastian itu dapat diperkecil atau orang harus dapat mengantisipasi segala kemukinan itu dengan menyediakan beberapa tindakan alternative untuk menghadapi ketidakpastian itu. Dengan kata lain, risiko harus dimanajemeni dengan sebaik mungkin, agar efektivitas perusahaan tidak terganggu.


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
            Benarkah kebanyakan orang ingin mengelakan risiko? Karena selalu ingin aman dan hidup tentram, maka memang kebanyakan orang takut menanggung risiko. Namun semua tahap kehidupan kita mengandung risiko. Kemanapun kita mengelak atau lari dari risiko, maka disitupun kita akan menemukan risiko yang lainnya risiko merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan. Bahkan ada orang yang mengatakan, bahwa tak ada hidup tanpa risiko sebagaimana tak ada hidup tanpa maut. Jadi dengan demikian setiap hari kita menghadapi risiko, baik sebagai perorangan, maupun sebagai perusahaan. Orang berusaha melindungi usahanya dari risiko. Berbagai definisi dapat diberikan kepada kata risiko itu, namun secara sederhana artinya senantiasa ada kena mengenanya dengan kemungkina kemungkinan akan terjadinya akibat buruk atau akibat yang merugikan, seperti kemungkinan kehilangan, cedera, kebakaran, dan sebagainya. Oleh sebab itu perlu di bahas secara rinci bagaimana penanganan risiko agar tidak terjadi kemungkinan yang merugikan.

1.2 RUMUSAN MASALAH
1.      Apa saja dimensi yang harus diukur?
2.      Bagaimana menetukan keparahan?
3.      Bagaimana pengukuran risiko dengan distribusi probabilitas?
4.      Apa yang dimaksud dengan konsep probabilitas?
5.      Bagaimana tafsiran tentang probabilitas?
6.      Bagaimana menghitung total kerugian per tahun?
7.      Bagaimana membangun distribusi probabilitas?
8.      Apa yang dimaksud dengan distribusi poisson?
9.      Bagaimana perhitungan perkejadian dalam jumlah rupiah?
10.  Bagaimana mengetahui distribusi komponen total kerugian pertahun dan distribusi probabilitasnya?



BAB II
PEMBAHASAN
Sesudah manajer resiko mengidentifikasi berbagai jenis risiko yang dihadapi perusahaan, maka selanjutnya risiko itu harus diukur. Perlunya diukur adalah :
1.      Untuk menentukan relatif pentingnya.
2.      Untuk memperoleh informasi yang akan menolong untuk menetapan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya.

A.    DIMENSI YANG HARUS DIUKUR
            Informasi yang diperlukam berkenaan dengan dua dimensi risiko yang perlu diukur, yaitu:
1.      Frekuensi atau jumlah kerugian yang akan terjadi.
2.      Keparahan dari kerugian itu.
Paling sedikit untuk masing – masing dimensi itu , yang ingin diketahui ialah :
1.      Rata – rata nilainya dalam periode anggaran.
2.      Variabel nilai itu, dari satu periode anggaran ke periode anggaran sebelumnya dan berikutnya.
3.      Dampak keseluruhnya dari kerugian – kerugian itu jika seandainya kerugian itu ditanggung sendiri, harus dimasukkan dalam analisis, jadi tidak hanya nilainya dalam rupiah saja.
Mengapa kedua dimensi itu diperlukan?Kedua dimensi itu diperlukan untuk menilai relatif pentingnya suatu exposure terhadap kerugian potensial. Berlawanan dengan pandangan kebanyakan orang, pentingnya suatu exposure bagi kerugian tergantung sebagian besar atas keparahan kerugian potensial itu, bukan pada frekuensi potensial. Suatu kerugian potensial dengan kemungkinan catastrophic, walaupun jarang terjadi, tetapi hanya menimbulkan kerugian kecil saja. Sebaliknya frekuensi kerugian tidak bisa diabaikan. Jika dua exposure ditandai oleh keparahan kerugian yang sama, maka exposure yang frekuensinya lebih besarlah yang seharusnya dimasukkan dlam dalam rangking menurut pentingnya, dan rankingnya kan berbeda jika orang menrangkingnya berbeda pula. Tetapi pendekatan yang rasional lebih menekankan pada keparahan kerugian. Sebuah contoh akan menjelaskan persoalan itu. Kans terjadinya kerugian karena tabrakan, tetapi keparahan potensial daripada karugian tanggung – gugat (liability loss) bisa lebih besar dari nilai kerusakan terhadap mobil itu sendiri. karena itu seharusnya tidak ada keberatan menaruh liability loss lebih tinggi dari property loss (kerugian harta). Sub pembagian dari suatu jenis kerugian tertentu mungkin pula dilakukan berdasarkan suatu batas tertentu yang ditetapkan perusahaan bersangkutan. Misalnya jika batas ditetapkan itu adalah Rp. 100.000.-, maka kerugian itu dapat dibagi kedalam (1) kerugian adalah Rp. 100.000.-, atau kurang, (2) kerugian diatas Rp.100.000.-, dalam hal ini kerugian yang lebih penting adalah kerugian yang kedua, walaupun frekuensinya kurang. Jelaslah pembagian seperti ini dilakukan orang dengan maksud menempatkan tekanan lebih penting pada keparahan kerugian pada frekuensi kerugian.
B.     MENENTUKAN KEPARAHAN
Dalam menentukan keparahan kerugian, manajer harus berhati – hati untuk memasukkan semua kerugian yang mungkin bisa terjadi sebagai akibat suatu peristiwa tertentu, sebagaimana dampaknya yang terakhir terhadap keuangan perusahaan yang bersangkutan. Seringkali, sementara kerugian yang kurang penting jelas terlihat, tetapi jenis kerugian yang lebih penting lebih sukar untuk mengidenfitikasikannya. Misalnya mengenal dan mengukur kerugian langsung dan tidak langsung serta kerugian harta benda yang memperngaruhi net income. Kerugian langsung yang potensial dan kerugian terhadap  net income (misalnya terganggunya kelancaran operasi bisnis sementara mengadakan perbaikan harta yang rusak itu) yang diakibatkan oleh peristiwa yang sama, biasanya terlupakan sampai kerugian potensial itu menjelma menjadi kenyataan. Peristiwa itu mungkin pula bisa menyebabkan timbulnya kerugian tanggung- gugat (liability losses) dan kerugian personil.
            Dampak keuangan terakhir dari suatu kerugian bahkan mungkin pula terabaikan dalam mengevaluasi nilai rupiah dari seseuatu kerugian. Kerugian – kerugian yang relatif kecil, hanya akan menyebabkan masalah kecil karena perusahaan dapat segera menutup kerugian dengan mudah tanpa menganggu likuiditas perusahaan. Tetapi kerugian yang agak besar bisa menimbulkan masalah likuiditas, yang akhirnya mengganggu perencanaan keuangan jangka panjang. Sebagai contoh misalnya, musibah kebakaran yang menghancurkan bangunan berserta isinya, yang menimbulkan total kerugian sebesar Rp.300.000.000.-, untuk melaksankan pemulihan, perusahaan perlu ditutup selama enam bulan, yang menambah kerugian penghasilan sebesar Rp.400.000.000.-
Jumlah kerugian total sebesar Rp.700.000.000.- jika misalnya sanggup ditanggung perusahaan ini dalam waktu yang singkat maka akhirnya bisa menyebabkan perusahaan ini jatuh bangkrut.
C.    PENGUKURAN RISIKO DENGAN DISTRIBUSI PROBABILITAS
Distribusi probabilitas menunjukan probabilitas kejadian bagi masing – masing outcome yang muangkin.  Karena outcome itu merupakan mutually exclusive, maka semua probabilitas itu jika dijumlahkan maka jumlahnya sama dengan satu. Tiga macam distribusi probabilitas memperlihatkan outcome yang mungkin untuk:
1.      Total kerugian pertahun (atas periode budget)
2.      Banyaknya kejadian pertahun
3.      Kerugian perkejadian
Tentu saja kerugian total itu bisa diperoleh dengan memperkalikan pada tahun bersangkutan, dengan rata – rata nilai kerugian perkejadian. Untuk mengambarkan ketiga jenis probabilitas itu kita akan mempertimbangkan contoh tentang kerugian tabrakan mobil:
1.      Total kerugian harta langsung (Tidak termasuk kerugian net income, liability loss, atau personal) yang mungkin dialami perusahaan yang disebabkan oleh tabrakan armada atau pengangkutan.
2.      Banyaknya tabrakan pertahun.
3.      Total kerugian harta pertabrakan.
Contoh ini berkenaan dengan satu jenis kerugian untuk semua unit yang dihadapkan pada kerugian dengan satu penyebab (tabrakan). Distribusi probabilitas bisa dibangun untuk perbagai kombinasi daripada :
1.      Jenis kerugian.
2.      Unit –unit yang mengalami exposure.
3.      Penyebab kerugian.
Misalnya kehilangan harta sementara dalam pengangkutan karena dicuri orang, kerugian tanggung – gugat yang timbul karena kelalaian, dan seterusnya. Akhirnya, untuk kebanyakan keputusan manajemen risiko, sebaiknya juga membangun distribusi probabilitas untuk total kerugian sesudah pajak dan distribusi probabilitas kerugian sesudah kejadian pajak.

D.    KONSEP PROBABILITAS
Dalam menjelaskan konsep mengenai probabilitas kita awali dengan konsep mengenai “ sampel space” (lingkup kejadian ) dan “event” suatu kejadian atau peristiwa. Bayangkan suatu set, S dari kemungkinan kejadian atau hasil dari suatu keadaan tertentu set, S mungkin saja berupa daftar dari tabrakan kendaraan dari wilayah tertentu, tahun tertentu. Set seperti inilah yang kita sebut dengan ‘sampel space’ dari kejadian atau peristiwa yang kita amati. Set yang lain saja berupa daftar dari orang – orang berusia 25 tahun yang meninggal dunia di suatu daerah tertentu misalnya saja di daerah sumatera barat, atau mungkin juga berupa daftar dari kapal yang tenggelam ketika berlayar di sumatera Indonesia. Selanjutnya, bayangkanlah segmen segmen atau bagian yang lebih kecil dari total set tersebut, yang melambangkan saja dengan E. hal ini kita sebut sebagai subset dari S. dalam asuransi kendaraan sedan misalnya, subset tersebut mungkin berupa jumlah tabrakan mobil mewah yang harganya Rp.25.000.000.- tau lebih pada suatu wilayah tertentu. Total set S menggambarkan seluruh tabrakan kendaraan sedan disuatu wilayah tertentu besar proabilitas terjadinya tabrakan mobil sedan mewah seharga Rp.25.000.000.- atau lebih untuk menetukan probabilitas tersebut maka bobot tertentu (weight) terhadap masing –masing event atau kejadian dalam set S. bobot yang kita berikan dapat didasarkan atas jumlah bukti empiris yang berkenaan dengan pengetahuan kita pada masa lalu, tentang kerugian yang disebabkan oleh tabrakanya kendaraan sedan, misalnya di wilayah mana kendaraan tersebut dikendarai, ataupun berdasarkan tipe pengemudianya apabila W(s) merupakan jumlah keluruhan bobot dalam set S dan W (E) merupakan jumlah keseluruhan bobot dalam subset E maka probabilitas P, yang menunujukkan jumlah tabrakan kendaraan sedan dapat diekspresikan sebagai berikut:
P(E) =    
Dimana :
P(E) = probabilitas terjadinya event
E      = sub set atau event                   
S       = sample space atau set            
W     = bobot dari masing-masing event
Apabila kita mengasumsikan bahwa seluruh kejadian dalam set S mempunyai tingkat kemungkinan kejadian yang sama maka ekspresi diatas dapat disederhanakan menjadi:
P(E) =  dengan alur pemikiran yang sama maka probabilitas tidak terjadinya tabrakan mobil sedan mewah adalah : q (E) =  
Sebagai bahan ilustrasi kita misalnya saja bahwa set S, terdiri dari 10.000 buah mobil sedan mewah sejumlah 9.000 buah berharga di bawah Rp.25.000.000,- dan sebesar 1.000 buah berharga Rp. 25.000.000,- atau lebih. Untuk mobil yang berharga Rp. 25.000.000,- atau lebih kita bobot 2. Sesuai dengan formula di atas maka probabilitas terjadinya tabrakan mobil sedan mewah adalah :
P(E) =
         =   =    =
Apabila seluruh event mendapat bobot yang sama maka :
P(E) =     =  atau =  dan
            q (E)  =
                       =  =  =
Dan hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa kita memberikan bobot yang berbeda untuk kedua kelompok kendaraan tersebut maka probabilitas terjadinya tabrakan mobil sedan mewah adalah 2/11 atau probabilitas tidak terjadinya tabrakan adalah 9/11. Akan tetapi apabila kita menggunakan bobot yang sama semua dalam set S atau sample space maka probabilitas bertabrakannya mobil sedan mewah adalah 1/10 atau 9/10 untuk tidak terjadinya tabrakan tersebut.
a.      Aksioma yang mendasari definisi probabilitas
Diasumsikan bahwa teori probabilitas, pemberian bobot kepada masing – masing event dalam set S adalah positif. Mengingat bahwa probabilitas di ekspresika sebagai rasio antar kejadian sub set terhadap kejadian dalam set S, maka dengan jelas dapat dilihat bahwa probabilitas seluruh kejadian apabila ditambahkan adalah sama dengan satu, dan apabila sebaliknya, probabilitas dari event yang sudah pasti tidak akan terjadi adalah 0. Dengan perkataan lain, jika probabilitas terjadi pada P,  maka probabilitas tidak akan terjadi adalah  (1 - P).
b.      Probabilitas merupakan aproksimasi (probability is approximate).
            Hanya dalam kasus – kasus tertentu yang sangat jarang terjadi kita dapat mengetahui probabilitas secara mutlak. Sebagai contoh misalnya saja dalam satu kotak yang berisi 4 bola putih dan 6 buah bola merah (tentu sajaaa di asumsikan kita tidak dapat melihat dalam kotak). Dalam contoh ini probabilitas tertarik satu bola putih dalam satu kali penarikan adalah 0.4 atau 4%.
P (bola putih) =  =  =  atau 40 %.
Akan tetapi dalam kenyataan yang sesungguhnya ketepatan seperti diatas jarang terjadi, karena misalnya dalam contoh lainnya, tentunya sangat sulit untuk menentukan secara tepat. Jumlah yang akan meningggal dunia dalam sekelompok orang,  berapa persen mobil yang akan bertabrakan dalam tahun tertentu, atau berapa persen dari pekerja yang akan melakukan pencurian, misalnya.
c.       Percobaan (trial) yang independen.
Sama seperti 2 atau lebih event yang independen satu sama lain, maka hasil dari jumlah percobaanpun dapat dianggap independen. Dalam kasus ini sample space didefinisikan sebagai rangkaian percobaan (successive trials) dan hasilnya adalah merupakan akibat yang dapat terjadi dalam masing – masing percobaan. Misalnya saja kita melemparkan dua mata uang logam Rp. 50 sebanyak dua kali. Sample space yang diperoleh mungkin: burung-burung tulisan – tulisan, tulisan- burung , atau tulisan – tulisan. Dengan demikian ada empat kemungkinan hasil yang diperoleh dalam dua kali percobaan tersebut dan untuk masing – masing hasil kita bermaksud untuk menentukan probabilitas dimana burung yang muncul maka jumlahnya adalah 3/4.
d.      Random atau acak
Event atau acak apabila untuk masing – masing event mempunyai probabilitas  yang sama. Kartu yang sudah dikocok dengan baik akan mempunyai kesempatan yang sama.kartu yang sudah dikocok dengan baik akan mempunyai kesemapatan yang sama untuk ditarik yaitu 1/52, dan untuk hal ini dapat dikatakan bahwa penarikan tersebut bersifat acak. Apabila misalnya satu lebih kartu telah diberi tanda maka penarikan tersebut tidak lagi bersifat acak karena ada diantara kartu tersebut yang mempunyai cirri lain sehingga memperbesar kemungkinan untuk ditarik. Untuk yang terakhir ini tidak dapat disebut sebagai penarikan yang bersifat acak. Misalnya apabila suatu perusahaan asuransi sudah setuju untuk menjamin setiap orang yang lewat pada jalur jalan tertentu dalam kota, apakah hal tersebut pemilihan yang bersifat acak dari seluruh orang yang tinggal dalam kota tersebut? Tentu saja, tidak karena tidak semua orang mempunyai kesempatan yang sama.
e.       Peranan event (outcome) yang independen dari acak (random)
            Keacakan dan ketidaktergantungan (independen) event mempunyai peranan yang sangat penting dalam asuransi. Under-writer akan berusaha untuk mengklasifikasikan unit – unit exposure ke dalam kelompok – kelompok dimana kejadian atau kerugian dapat dianggap sebagai event yang independen. Dengan cara ini maka pembebanan yang sama kepada masing – masing anggota kelompok dapat dijustifikasi karena masing – masing anggota kelompok mengetahui bahwa kemungkinan terjadinya kerugian adalah sama baik untuk dirinya maupun terhadap orang lain. Apabila kemungkinan kerugian terhadap dirinya lebih kecil dibandingkan dengan anggota kelompok yang lainnya, maka tentunya akan terdapat sejumlah tertanggung yang tidak akan bersedia untuk membayar premi dalam jumlah yang sama.
f.       Event (outcome) yang berulang (repeated event).
Apabila kita mengetahui bahwa probabilitasnya untuk terjadinya seseuatu dalam satu kali percobaan p, dan probabilitas tidak terjadinya adalah q = 1 – p, maka kita dapat menghitung probabilitas terjadinya suatu event selama r, kali dalam n, kali percobaan dengan menggunakan formula binomial. Formula binomial ini menggunakan konsep compound probability dan additive rule seperti diuraikan sebelumnya dan dengan menggunakan formula ini kita akan dapat menghitung distribusi binomial.
Sekalipun distribusi ini merupakan salah satu dari teori probabilitas yang digunakan dalam asuransi, tetapi cara ini merupakan salah satu dari yang terpenting. Untuk dapat menggunakan formula binomial maka diasumsikan bahwa kondisi – kondisi berikut ini dapat dipenuhi:
1.      Ada suatu event atau hasil yang bersifat saling pilah atau mutually exclusive.
2.      Probabilitas  dari masing – masing event diketahui atau dapat diestimasikan.
3.      Mengingat bahwa masing – masing event berdiri sendiri, maka probabilitasnya tidak berubah dari percobaan yang satu ke percobaan lainnya tetapi akan berubah dari percobaan yang satu ke percobaan lainnya tetapi tetap konstan karena probabilitas terjadinya event sudah diketahui dan hanya terdapat dua event maka probabilitas tidak terjadinya event adalah 1 – probabilitasterjadinya (q = 1 – p)

g.      Expected value (nilai harapan)
Expected value dari suatu event dapat ditentukan dengan membuat table untuk hasil – hasil yang mungkin diperoleh dan menilai masing – masing hasil tersebut berdasarkan probabilitasnya. Dengan menambahkan hasil dari hasil masing – masing event tersebut dapatlah diperoleh expected valuenya.
Sebagai contoh misalnya diketahui bahwa apabila dari 100 buah rumah kemungkinan terbakarnya satu rumah adalah 37% dan rata- rata untuk setiap kemungkinan kebakaran adalah Rp. 1.000.000.-maka expected value dari kerugian tersebut adalah Rp. 370.000.- = (37% x Rp.1.000.000.-) apabila terjadi kerugian, maka pihat asuransi harus membayar sebesar Rp.1.000.000.-, tetapi pihak asuransi tidak merasa kerugian tersebut akan terjadi. Oleh karena itu pihak asuransi akan menetapkan probabilitas terhadap kerugian seandainya terjadi dan kemudian mempertimbangkan probabilitas terjadinya suatu kerugian serta menilainya pada tingkat expected loss sebesar Rp. 370.000.-, demikian pula halnya apabila kemungkinan terbakarnya dua buah rumah adalah 19% x 2.000.000.-, = Rp.380.000 dan seterusnya. Perhitungan seperti ini digunakan dalam mengestimasi total kerugian dan membuat provisi untuk menetapkan besarnya premi yang tepat bagi masing –masing tertanggung.
E.     DUA MACAM TAFSIRAN TENTANG PROBABILITAS.
Bila seorang manajer risiko menyatakan, bahwa probabilitas akan terbakarnya suatu gudang tertentu adalah , maka ia menunjukkan kemungkinan relative akan terjadinya peristiwa itu. Oleh karena probabilitas bervariasi antara 0 dan 1, maka timbul daua penafsiran tentang probabilitas  ini.
1)      Bahwa  dari seluruh gudang yang menghadapi risiko yang sama diseluruh dunia diperkirakan akan terbakar. Penafsiran ini didasarkan pada hukum bilanagna besar (the law of large number)
2)      Jika gudang tersebut dihadapkan pada kerugian kebakaran selam suatu jangka waktu panjang, maka kebakaran akan terjadi kira – kira dalam  dari jumlah tahun exposure.
Manajer resiko harus mempelajari pengalaman kerugian dari gudang tertentu semenjak gudang itu dibangun, tetapi pengalaman ini barangkali terlalu terbatas. Penafsiran yang didasarkan atas tinjuan seperti itu sudah barang tentu diperlunak oleh kenyatan bahwa :
1)      Gudang yang diktakan serupa itu pada kenyataannya tidak pernah persis serupa, misalnya walaupun sama tetapi berbeda lokasi, konstruksinya dan perawatanya.
2)      Kondisi bisa berubah peninjauan pengalaman masa lalu itu menyediakan sebagian dasar untuk suatu penaksiran probabilitas kerugian. Selanjutnya persoalan ini kan dibahas lebih lanjut dalam seksi distribusi probabilitas.
Kedua penafsiran sangat berfaedah dalam menetapkan tindakan apa yang akan diambil berkenaan dengan exposure tersebut.
1.      Peristiwa yang saling pilah (mually exclusive event)
Dua peristiwa dikatakan saling pilah apabila terjadinya peristiwa yang satu menyebabkan tidak terjadinya peristiwa yang lain. Jika A dan B merupakan dua peristiwa yang mutually exclusive, maka probabilitas terjadinya A atau B dinyatakan sebagai berikut:
P(A atau B) =P(A) + P(B)
Contoh:
Total kerugian timbul akibat suatu tuntutan berkisar pada jumlah Rp. 0 Rp. 10.000.-, Rp. 100.000.-, Rp. 500.000 atau Rp. 1.000.000.-, jika misalnya probabilitas kerugian Rp. 100.000.-, adalah  dan probabilitas terjadinya kerugian Rp. 500.000.-, adalah , maka probabilitas akan terjadinya kerugian Rp. 100.000.- atau Rp. 500.000.- adalah  = . Jumlah probabilitas dan semua peristiwa yang mungkin dalam suatu seri peristiwa yang mutually exclusive harus sama dengan 1, sebab salah satu peristiwa tersebut pasti akan terjadi.

2.      Compound events
Suatu compound events dalah terjadinya dua atau lebih peristiwa terpisah selama jangka waktu yang sama.
Metode untuk menentukan probabilitas suatu compound outcomes tergantung atas apakah outcomes yang perpisah itu merupakan peristiwa bebas. Dua peristiwa (outcomes) adalah bebas terhadap lain, jika terjadinya peristiwa tidak mempengaruhi probabilitas terjadinya peristiwa lainnya misalnya suatu perusahaan mempunyai dua gudang yaitu A dan B berlokasi di padang, dan yang B berlokasi di Jakarta. Probabilitas kerugian terbakarnya gudang A tidak dipengaruhi oleh kerugian kebakaran gudang B.
Jika dua atau lebih peristiwa adalah bebas, maka probabilitas terjadinya peristiwa itu serentak dalam waktu yang sama adalah sama dengan hasil perkalian probabilitas masing – masing peristiwa itu. Contoh jika kita misalkan probabilitas terbakarnya gudang A adalah  maka probabilitas terbakarnya gudang B adalah , maka probabilitas kedua gedung itu akan terbakar adalah sama dengan.
(  x ( ) =
Theorem tentang compound probability dapat digabungkan dengan theorem tentang mutually exclusive probability dalam rangka menghitung probabilitas dari ketiga kemungkinan lain dalam 1 set compound outcomes tersebut sebagai berikut :
Terbakarnya gudang A, tidak terbakar gudang B : ( ) (1 - ) =
Terbakarnya gudang B, tidak terbakarnya gudang A : ( ) (1- ) =
Tidak terjadi kebakaran baik A maupun B : (1 -  ) (1 - ) =
Jumlah probabilitas untuk keempat peristiwa = 1
3.      Peristiwa bersyarat (conditional outcomes)
Bagaiman jika dua peristiwa yang terpisah itu tidak bebas maka perhitungan compound probabilitas lebih rumit. Misalnya peristiwa A menyatakan perusahaan telah menggunakan sejumlah uang untuk keperluan iklan bagi semacam produk, dan peristiwa b menyatakan kemajuan penjualan produk itu setelah dilakukan pemasangan iklan. Peristiwa seperti itu dinamakan peristiwa bersyarat (conditional outcomes) yaitu peristiwa B terjadi, bila peristiwa A telah terjadi probabilitas terjadinya A dan B dihitung dengan rumus :
P(A dan B) = P(A) x P(B/A) atau P(B dan A= P(A) x P(A/B). P(A/B) merupakan notasi untuk probabilitas bersyarat, yang berarti terjadinya peristiwa B setelah peristiwa A terjadi. Jika kita misalkan probabilitas terjadinya A atau P(A) adalah  dan P(B) adalah  dan P(A/B) adalah . Peristiwa A merupakan terbakarnya gudang A dan peristiwa B merupakan peristiwa B terbakarnya gudang B. kedua peristiwa ini merupakan peristiwa bersyarat. Andaikata salah satunya terbakar, maka probabilitas terbakar kedua gudang itu adalah =  x  = .
Selanjutnya sehubungan dengan kebaran pada kedua lokasi itu, maka ada tiga kemungkinan terjadinya outcome lain, dengan perhitungan probabilitas sebagai berikut :
Terbakarnya A, tidak terbakar B : ) (1- ) =
Terbakarnya B, tidak terbakar A : ( ) (1 - ) =
Tidak terbakar A maupun B : (1- ) -  -  =  
Nilai untuk outcome yang terakhir dihitung atas asumsi bahwa probabilitas ke empat outcome mesti berjumlah satu (jika dijumlah ke empat probabilitas itu) adalah :
                         +  +  +  =  = 1
Perhatikan bahwa dengan membandingkan dengan situasi independent outcomes (= peristiwa bebas), maka terlihat dua probabilitas adalah lebih tinggi, yaitu probabilitas bahwa kedua gudang akan terbakar dan probabilitas bahwa tidak satu pun gudang itu akan terbakar dan probabilitas bahwa tidak satu pun gudang itu akan terbakar. Karena tingkat ketergantungannya meningkat, kedua probabilitas ini, mendekati probabilitas bahwa salah satu gudang terbakar.


F.     TOTAL KERUGIAN PERTAHUN
            Distribusi probabilitas total kerugian pertahun memperlihatkan masing – masing total kerugian yang mungkinakan dialami oleh perusahaan yang bersangkutan, dalam tahun yang akan datang dan probabilitas bahwa masing – masing total kerugian yang mungkin akan terjadi. Sebagai contoh, misalnya (1) sebuah perusahaan mempunyai armada angkutan yang terdiri atas lima kendaraan, yang masing – masing bernilai Rp. 10.000.000.-, (2) masing – masing kendaraan mungkin tersangkut dalam lebih dari satu tabrakan pertahun dan (3) kerusakaannya mungkin riang atau mungkin hancur sama sekali. Juga diasumsikan bahwa setiap kendaraan yang rusak itu dan tidak bisa dioperasikan, akan ditukar segera dengan yang lain agar dapat mengurangi kerugian pendapatan sampai tingkat minimum. Suatu distribusi probabilitas hipotetis yang mungkin berlaku dalam situasi ini diperlihatkan oleh table dibawah ini:
distribusi probabilitas hipotesis total kerugian pertahun terhadap sebuah armada angkutan yang terdiri dari 5 mobil
Kerugian per tahun (Rp)
probabilitas
0
500.000
1.000.000
2.000.000
5.000.000
10.000.000
20.000.000
0,606
0,273
0,100
0,015
0,003
0,002
0,001

1,000

G.    BAGAIMANA MEMBANGUN DISTRIBUSI PROBABILITAS
Untuk membangun distribusi probabilitas dapat dipergunakan :
1. data historis atau pun
2. distribusi probabilitas yang teoritis.

1)      Data historis
            Dengan mengamati berulang kali berbagai kerugian potensial yang telah terjadi selama jangka waktu lama yang kondisinya serupa, maka dapat diperoleh informasi berapa kalikah terjadinya kerugian itu dalam masa tertentu. Tetapi jarang orang mempunyai penglaman yang cukup luas untuk membangun distribusi probabilitas menurut cara ini. Perubahan – perubahan yang sedang berlangsung secara konstan dalam lingkungan risiko yang bersangkutan, akan memperpendek periode pengalaman yang relavan. Kerugian – kerugian masa lalu dapat disesuaikan untuk mencerminkan perubahan – perubahan yang terjadi itu seperti biaya reparasi yang lebih tinggi, bertambahnya jumlah unit exposure dan sebagainya.
2)      Distribusi teoritis
Distribusi probabilitas teoritis adalah distribusi yang bisa diharapkan terjadi berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya atau berdasarkan kepada pertimbangan teoritis.

H.    BANYAKNYA KEJADIAN PER TAHUN
            Jika setiap kejadian menghasilkan kerugian yang sama jumlahnya, maka distribusi banyaknya kejadian per tahun dapat diubah kedalam suatu distribusi total kerugian pertahun dengan memperkalikan masing – masing banyaknya kejadian yang mungkin, dengan kerugian rata – rata per kejadian.
            Jika kerugian per kejadian bervariasi secara luas, maka diperlukan distribusi probabilitas kerugian per kejadian dan banyaknya kejadian per tahun untuk membangun informasi mengenai total kerugian pertahun. Bahkan dengan kurangnya informasi mengenai kerugian per kejadian, manajer risiko akan memperbaiki pengertiannya tentang situasi risiko jika ia mengetahui distribusi probabilitas dari banyak kejadian per tahun.
I.       DISTRIBUSI POISSON
            Satu lagi distribusi probabilitas yang telah terbukti berguna dalam memperkirakan probabilitas bahwa sebuah perusahaan akan menderita sejumlah tertentu kejadian selama tahun berikutnya adalah distribusi poisson. Menurut distribusi ini, probabilitas bahwa akan terjadi r kejadian adalah :      P(r) =
                Dimana :
p(r)   probabilitas terjadinya x kejadian;
      = banyaknya kejadian yang ingin diketahui;
m         = rata-rata kejadian dalam satu periode;
e         = bilangan natural = 2,71828; dan
r!        = faktorial dari x.
Contoh pemakian rumus ini, kita kembali memakai data tentang angkutan yang terdiri dari 5 mobil yang terlihat pada table 1, yang mengalami kira – kira 1 tabrakan setiap 2 tahun. Rata – rata itu adalah  atau 0,5. Distribusi probabilitas adalah sebagai berikut :
Banyaknya tabrakan
PROBABILITAS
0


1


2

3
  =  = 0,6065

 =  = 0,3033                  
                                                                      0,9982
 =  = 0,0758

 =  = 0,0126

                                  ____________
                                         1,0


            Distribusi poisson menganggap tidak ada limit banyaknya tabrakan yang mungkin. Contoh di atas tidak diteruskan perhitungannya, karena probabilitas untuk banyaknya tabrakan melebihi 3 sangat kecil.
            Dalam Contoh ini, rata – rata banyaknya tabrakan yang diharapkan (expected collision) per tahun dalam long run adalah deviasi standar adalah  = 0,707. Probabilitas tidak ada sama sekali tabrakan per tahun adalah 0,606. Probabilitas lebih dari 3 tabrakan per tahun adalah 1 – 0,9982 = 0,0018. Probabilitas lebih dari satu tabrakan pertahun adalah 1 – 0,6065 – 0,3033 = 0,0902.
            Distribusi poisson bekerja baik bila dipenuhi 2 ketentuan berikut :
1. ada paling sedikit 50 unit yang dihadapkan dengan bebas terhadap kerugian.
2. probabilitas bahwa sesuatu unit akan menderita suatu kerugian adalah sama besarnya    semua unit dan kurang dari  
J.      KERUGIAN PERKEJADIAN DALAM JUMLAH RUPIAH.
Peniliti juga sudah berhasil menerangkan distribusi probabilitas tentang kerugian perkejadian. Distribusi ini menyatakan probabilitas bahwa kerugian dalam satu kejadian akan mengasumsikan berbagai nilai. Sebagai contoh diasumsikan kerugian yang mungkin bertabrakan adalah Rp. 500.000,-. Rp. 1.000.000.-, Rp. 5.000.000.- dan Rp. 10.000.000.- dengan probabilitasnya masing – masing adalah 0,900,0,080,0,018 dan 0,02 nilai harapan adalah : (0,900 x 500.000) + (0,080 x 1.000.000) + (0,018 x 5.000.000) + (0,002 x 10.000) = Rp.640.00.-
Kurva log-normal dapat menerangkan secukupnya distribusi kerugian perkejadian bagi berbagai jenis kerugian. Dengan distribusi ini orang dapat menghitung, antara lain probabilitas bahwa kerugian per kejadian akan melebihi jumlah tertentu.
K.    DISTRIBUSI KOMPONEN TOTAL KERUGIAN PERTAHUN DAN DISTRIBUSI PROBABILITASNYA
Karena total kerugian satu tahun merupakan hasil dari jumlah kejadian pertahun dan rata – rata kerugian per kejadian, maka orang dapat membuat beberapa pernyataan atau daftar tentang total kerugian dalam rupiah per tahun jika orang mempunyai distribusi probabilitas untuk banyaknya kejadian dan kerugian per kejadian. Total kerugian – harapan pertahun sama dengan jumlah harapan kejadian dikalikan dengan kerugian harapan per tahun.
            Contoh, untuk armada angkutan tersebut diatas, banyaknya kejadian yang diharapkan adalah , kerugian yang diharapkan per kejadian adalah Rp. 640.000.-, dan total kerugian yang diharap adalah Rp. 321.000.-, dalam kasusu ini ketiga besaran tersebut diperoleh secara tersendiri. Akan tetapi jika manajer risiko mengetahui hanya banyaknya kejadian yang diharapkan, dan kerugian yang diharapkan perkejadian, maka ia dapat menghitung kerugian yang diharapkan sebagai hasil dari kedua nilai dari kedua nilai yang diketahui itu sebagai berikut : ( ) (640.000) = Rp. 320.000.-, selisih Rp. 1.000.- disebabkan oleh error pembulatan dalam perhitungan.
L.     MANFAAT PENGUKURAN RISIKO
Adapun manfaat pengukuran resiko yaitu:
1.   Untuk menentukan kepentingan relatif dari suatu risiko yang dihadapi.
2.   Untuk mendapatkan informasi yang sangat diperlukan oleh Manajer Risiko dalam upaya menentukan cara dan kombinasi cara-cara yang paling dapat diterima/paling baik dalam penggunaan sarana penanggulangan risiko.










BAB III
PENUTUP
       I.            KESIMPULAN
1. dimensi yang harus diukur meliputi dua dimensi risiko yang perlu diukur, yaitu frekuensi dan keparahan dari kerugian itu.
2. kebanyakan keputusan manejer risiko, sebaiknya juga membangun distribusi probabilitas untuk total kerugian  sesudah pajak dan distribusi probabilitas kerugian sesudah pajak pada setiap kejadian.
3. jika kerugian per kejadian bervariasi secara luas, maka diperlukan distribusi probabilitas kerugian per kejadian dan banyaknya kejadian per tahun untuk membangun informasi mengenai total kerugian pertahun.
    II.            SARAN
Makalah yang saya susun semoga bisa membantu kita lebih memahami tentang risiko,pengukuran frekuensinya serta bagaimana penanganannya dan bagaimana manajer memutuskan solusinya. Mohon permakluman dari semuanya jika dalam makalah saya ini masih terdapat banyak kekeliruan baik bahasa maupun pemahaman. Karena tiadalah sesuatu yang sempurna yang bisa manusia ciptakan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita untuk di jadikan pertimbangan dalam memilih kehidupan ekonomi yang tidak hanya memikirkan dunia saja tetapi juga menyangkut masalah ibadah.

DAFTAR PUSTAKA
Drs Darmawi Herman, Manajemen resiko, Bumi Aksara, Jakarta, 2006.
Drs. A. Hasyimi, Manajemen asuransi, Balai Aksara, Jakarta, 1982.
Drs. A. Hasyimi, Dasar-dasar asuransi, Balai Aksara, Jakarta, 1981.