Senin, 23 Maret 2015

peradaban islam dinasti umayyah II di andalusia (SPANYOL)



MAKALAH
PEMIKIRAN DAN PERADABAN ISLAM
PERADABAN ISLAM DI MASA DINASTI UMAYYAH II DI ANDALUSIA (SPANYOL)
Dosen pengampu : Abdul Haris, MHI
OLEH :
1.      Siti zunia khoirotin (1401290053)
2.      Miftakhul jannah (1401290066)

PRODI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS KH. A. WAHAB HASBULLAH
MARET 2015

PEMBAHASAN
A.      Masuknya Islam di Spanyol
Masuknya Islam si Spanyol diawali dengan lolosnya Abdurrahman, satu-satunya orang yang selamat dari pembinasaan Bani Umayyah oleh Dinasti Abbasiyah pada tahun 750 M. Ia lolos dari kejaran tentara Bani Abbasiyah dengan cara bersembunyi di dalam sungai Efrat. Ia mengembara ke Afrika dan akhirnya dapat berkuasa di Spanyol.
Abdurrahman dan keturunannya berhasil mengangkat derajat islam di Spanyol. Di Cordova, pusat pemerintahan Spanyol, masjid Cordova, Universitas Cordova dan perpustakaan yang mengandung ribuan buku-buku ilmiah, telah didirikan pada masa pemerintahannya. Buku-buku dalam persutakaan tersebut sebagian besar merupakan karya  para ilmuwan Muslim. Dari perpustakaan inilah Spanyol menjadi salah satu pusat pengetahuan dunia. Dari sini bisa dilihat bahwa Islam memberikan perubahan yang sangat baik untuk kehidupan dunia barat.
Dalam penaklukan Spanyol secara kesuluruhan, kemenangan selalu berada pada pihak orang Muslim. Kemenangan ini disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor eksternal (berasal dari luar pihak muslim) dan faktor internal (berasal dari dalam pihak muslim)[1][1].
Faktor eksternalnya adalah keadaan ekonomi, sosial, politik, dan keagamaan di Spanyol yang memburuk. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa Negara kecil. Bersamaan dengan itu, penguasa Gothic bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa daerah (aliran Monofosit), apalagi terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen. Yang tidak bersedia akan disiksa dan dibunuh. Selain itu, masyarakat Spanyol hidup dalam sistem kelas, dan rakyat kasta bawah menjadi sangat tertindas. Dalam situasi ini, masyarakat Spanyol mendambakan seorang juru penyelamat dan pada waktu itu Islam dating dan menawarkan kedamaian. Sektor ekonomi di Spanyol sangat mengkhawatirkan. Di bawah kekuasaan kerajaan Visigotghic, pertanian, perindustrian, dan pertambangan sama sekali tidak berkembang alias lumpuh.
Sedangkan faktor internalnya adalah para pemimpin Islam yang tangguh, kuat, kompak, cakap, berani dan percaya diri. Selain itu, tentara Islam menunjukkan bahwa agama yang mereka percayai adalah agama yang penuh dengan toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong.
Dalam proses penaklukan Spanyol ada tiga orang yang berjasa yaitu:
1.      Tharif ibn Malik. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, lima ratus orang diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya.
2.      Thariq ibn Ziyad Rahimahullah lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair Rahimahullah dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid Rahimahullah. Pasukan itu kemudian menyeberangi Selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad Rahimahullah.  Ia menyiapkan pasukannya di sebuah gunung yang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dari situ Thariq Rahimahullah dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting, seperti Cordova, Granada dan Toledo (ibu kota kerajaan Gothik saat itu).[2][2]
3.      Musa ibn Nushair. Beliau  merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan Thariq. Dan akhirnya beliau berdua memenangkan daerah Spanyol.

B.       Perkembangan Islam di Spanyol
1.      Periode Pertama (711-755 M )
Pada priode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Dalam periode ini stabilitas politik negeri belum tercapai secara sempurna. Hal ini disebabkan oleh adanya gangguan-gangguan yang datang dari dalam dan luar.
Gangguan dari dalam adalah perselisihan di antara elit penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan.[3][3] Selain itu, terdapat perbedaan pandangan antara Khalifah di Damakus dan gubernur Afrika Utara. Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat. 
Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Islam.
2.      Periode kedua (755-912 M)
Pada periode ini, Spanyol berada dibawah pemerintahan seorang yang bergelar Amir (panglima atau Gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam yang ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abd al-Rahman Al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abd Al-Rahman Al-Autshat, Muhammad ibn Abd Al-Rahman, Munzir ibn Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad.
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Pemikiran filsafat mulai masuk pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman Al-Autshat. Abd Al-Rahman Al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Sekalipun demikian, berbagai ancaman dan kerusuhan terjadi. pada pertengahan Abad ke-9, stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik. Selain itu, terjadi gerakan revolusi oleh orang- orang yang merasa tidak puas dengan pemerintahan, dan pemberontakan yang dipelopori oeh Hafsun dan anaknya. selain itu, perang antara suku arab dan suku Barbar sering terjadi. 
3.      Periode ketiga (912-1013 M)
Periode ini mulai berlangsung mulai dari pemerintahan Abd Al-Rahman III yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya “Raja-raja Kelompok” yang dikenal dengan sebutan muluk al-thawaif . pada periode ini, spanyol diperintahkan oleh penguasa dengan gelar Khalifah. Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang yaitu Abd Al-Rahman Al-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam (976-1009M).
Pada periode ini, Umat IslamSpanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan, menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abd Al-Rahman Al-Nashir mendirikan Universitas Cordova. Perpustakaan memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Awal kehancuran Spanyol terjadi ketika Hisyam naik tahta. pada waktu usianya berumur sebelas tahun. karena itulah kekhalifahan berada pada tangan para pejabat. para pejabat mengankat Ibn Abi ‘Amr sebagai pemegang kekuasaan. Ia dinilai berhasil dalam pemerintahnnya karena berhasil melakukan ekspansi yang cukup luas. Pada tahun 1002 M, ia digantikan oleh anaknya, Al- Muzaffar. Pada tahun 1008 M, Al-Muzaffar digantikan oleh adiknya yang sama sekali tidak berkompeten dalam memerintah. Sehingga dalam pemerintahannya terjadi kehancuran yang parah dan para pejabat pun tak ada yang bisa memperbaiki Spanyol pada waktu itu. Pada 1013 M para menteri menghapus jabatan kholifah dan pada waktu itu Spanyol sudah terpecah menjadi negara- negara kecil.
4.      Periode keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh Negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth-Thawaif, yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Pada periode ini umat Islam Spanyol kembali memasuk masa pertikaian intern. Ironisnya, kalu terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya, orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun, kehidupan politik tidak stabil, namun, kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini.
5.      Periode kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan Daulah Murabithun (860-1143 M) dan Daulah Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Ia masuk ke Spanyol atas undangan penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah berjuang mempertahankan negeri-negerinya dari serangan-serangan orang-orang Kristen. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1118 M, Zaragoza jatuh ke tangan Kristen. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh Daulah Muwahhidun. Pada tahun 1146 M penguasa Dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart (w. 1128). Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abdul Mun’im. Antara tahun 1114 dan 1154 M, kota-kota muslim penting, Cordova, Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah kekuasaannya.
Untuk beberapa dekade, daulah ini mengalami banyak kemajuan. Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama setelah itu, Muwahhidun mengalami kehancuran. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. Keadaan Spanyol kembali runyam, berada di bawah penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian, umat Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin besar. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Sevilla jatuh tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuatan Islam.
6.      Periode keenam (1248-1492 M)
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                        Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, dibawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman An-Nasir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuatan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir , karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan (Abu Abdullah). Abu Abdullah meminta bantuan kepada Ferdinand dan Isabella, inilah yang menyebabkan hilangya eksistensi Islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand dan Isabella. Kemudian, hijrah ke Afika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M. umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat islam di daerah ini.[4][4]
C.       Kemajuan Peradaban
1.      Pengetahuan
Kemajuan yang terjadi di Spanyol pada waktu itu adalah berkat  inisiatif Al-Hakam (961-976 M). Al-Hakam mengimpor naskah-naskah (sastra, filosofis, dan karya ilmiah) dari Timur ke Spanyol. Al-HAkam II memperluas dan memperbesar perpustakaan yang ada di Ibukota Cordoba sehingga menjadi perpustakaan terbesar untuk seluruh Eropa (pada masanya dan abad-abad berikutnya. Keterlibatan dan keasyikannya pada dunia ilmu pengetahuan dilukiskan dalam Historians’ History os the World (Vol. VIII:233)[5][5]
a.       Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brillian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M, selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad Ibnu Abd Al-Rahman (832-886 M).[6][6]
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyl adalah Abu Bakr Muhamad ibn Al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibnu Bajjah. MAsalah yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis. Magnum Opusnya adalah Tadbir Al-Mutawahhid.[7][7] Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail. Karya Abu Bakr ibn Thufail adalah Hay ibn Yaqzhan. Tokoh utama selanjutnya adalah Ibu Rusyd. Ibnu Rusyd adalah filsuf terbesar Islam.
b.      Fiqh
Spanyol adalah penganut mazhab maliki dalm bidang fiqh. Mazhab ini diperkenlakan oleh Ziyad ibn Abd Al-Rahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya, yang menjadi Qadhi pada masa pemerintahan Hisyam ibn Abd Al-Rahman. Tokoh-tokoh lain dalm bidang fiqh di Spanyol antara lain Abu Bakr ibn Al-Quthiyah, Munzir ibn Sa’id l-Baluthi, dan Ibn Hazm.
c.       Sains
Ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi kimia dan lain-lain juga berkembangn dengan baik. Abbas ibn Farnas terkenal dengan kiia dan astronomi. Ia adalah orang yang menemukan pembuatan kaca dari batu.[8][8] Ahmad ibn Ibas adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm Al-HAsan bint Abi Ja’far dan saudara perempuan Al-hafidz adalah dua perempuan yang terkenal dalam bidang kedokteran.
Dalam bidang sejarah dan geografi ada Ibn Jubair yang menulis tentang negeri-negeri muslim Meditirenia, Ibn Al-Khatib  yang menyusun riwayat Granada, dan Ibnu Khaldun yang merumuskan filsafat sejarah. 
d.      Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni suara, tokohnya adalah Al-Hasan ibn Nafi. Beliau terkenal sebagai penggubah lagu. Dan di dalam setiap pertunjukan dan perjamuan, kemampuannya selalu dipetunjukkan. Ia terkenal dengan sebutan Zaryab.
e.       Bahasa dan Sastra
Bahasa yang digunakan dalam administrasi dan pemerintah Spanyol adalah bahasa Arab. Uniknya penduduk asli tidak memprotes keadaan tersebut. Bahkan, mereka justru cenderung menomorduakan bahasa asli mereka.
Tokoh bahasa ketika itu adalah Ibn Sayyidih, Ibn Malik (pengarang Alfiyah), Ibn Khuruf, Ibn Al-Hajj, Abu Ali Al-Isyibili, Abu Al-Hasan Ibn Usfur, dan abu Al-Hayyan Al-Gharnathi.
Selain itu, ada juga Ibn Abdi Rabbih dengan bukunya Al-Iqd al-Farid, Ibn Basam dengan bukunya Al-Dzakirah fi Miahasin al-Jazirah, dan Al-Fath Ibn al-Haqan dengan karangannya Al-Qalaid.[9][9]
2.      Pembangunan
Pemerintah Islam membuat tropong bintang di Cordova, membangun pasar dan jembatan, melakukan upaya pengendalian banjir dan penyimpanan air hujan, membangun sistem irigasi hidrolik dengan menggunakan roda air (water wheel), memperkenalkan tanaman padi dan jeruk, dan mendirikan pabrik-pabrik tekstil, kulit, logam, dan lainnya.
Namun demikian, pebangunan yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, mesjid, pemukiman, dan taman-taman. Di antara pembangunan yang megah adalah adalah mesjid Cordova, kota Al-Zahra, Istana JA’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana Al-Makmun, mesjid Seville, dan Istana Al-Hara di Granada.
a. Cordova
Cordova adalah ibu kota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil alih oleh Bani Umayyah. Oleh penguasa muslim, kota ini dibangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun melintang di atas sungai Al-Wadi Al-Kabier (Spanyol: Guadalquivier) yang mengalir di tengah kota.[37] Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibu kota Spanyol Islam itu. Pohon-pohon dan bunga-bunga diimpor dari Timur. Di seputar ibu kota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan, setiap istana dan taman diberi nama tersendiri dan di puncaknya terpancang istana Damsyik. Di antara kebanggaan kota Cordova lainnya adalah Masjid Cordova (Spanyol: La Mesquite Al Yama). Pada masa An-Nashir, penduduknya mencapai ½ juta jiwa, terdapat 700 masjid berikut 300 kamar mandinya.[38] Masjid Cordova dibangun tahun 170 H/768 M oleh Ad-Dakhil. Kemudian Hisyam membangun menara pertama, dan renovasi serta pengembangan masjid ini terus berlangsung hingga Masjid Besar Cordova luasnya mencapai 180 m x 135 m.[39] Di sekitarnya berdiri perkampungan-perkampungan yang indah.

b. Granada
Granada adalah tempat pertahanan terakhir ummat Islam di Spanyol. Di sana berkumpul sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova diambil alih oleh Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di seluruh Eropa. Istana al-Hambra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Istana itu dikelilingi taman-taman yang tidak kalah indahnya. Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa diperpanjang dengan kota dan istana az-Zahra, istana al-Gazar, menara Girilda dan lain-lain.
D.      Sebab Kemajuan Dan Kemunduran
1.      Kemajuan
a)        Toleransi beragama
Spanyol Islam, kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abdurrahman al-Dakhil, Abdurrahman al-Ausath dan Abdurrahman an-Nashir. Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-penguasa lainnya yang memelopori kegiatan-kegiatan ilmiah seperti Muhammad ibn Abdurrahman (852-886M) dan al-Hakam II al-Muntashir (961-976M).

b)       Pemimpin yang berwibawa
Toleransi beragama ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi, sehingga mereka ikut berpartisipasi mewujudkan peradaban Arab Islam di Spanyol. Untuk orang-orang Kristen, sebagaimana juga orang-orang Yahudi, disediakan hakim khusus yang menangani masalah sesuai dengan ajaran agama mereka masing-masing. Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk, terdiri dari berbagai komunitas, baik agama maupun bangsa. Dengan ditegakkannya toleransi beragama, komunitas-komunitas itu dapat bekerja sama dan menyumbangkan kelebihannya masing masing.

c)      Kesatuan budaya dunia islam
Disintegrasi negara-negara muslim pada abad ke-11 dan sesudahnya tidak menyebabkan mundurnya peradaban. Masa itu, bahkan merupakan puncak kemajuan ilmu pengetahuan, kesenian, dan kebudayaan Spanyol Islam. Setiap dinasti (raja) di Malaga, Toledo, Sevilla, Granada, dan lain-lain berusaha menyaingi Cordova. Kalau sebelumnya Cordova merupakan satu-satunya pusat ilmu dan peradaban Islam di Spanyol, Muluk ath-Thawa’if berhasil mendirikan pusat-pusat peradaban baru yang di antaranya justru lebih maju.


2.      Kemunduran
a.       Konflik islam dengan Kristen
Kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Hal ini diakibatkan karena penguasa Islam sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian, pengaruh Arab di Spanyol tidak bisa sampai keluar batas-batas kota, dan para petani Spanyol tidak menganut Islam. Justru kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Karena alasan inilah, maka bersamaan dengan jatuhnya kekuasaan Arab (bangsa Moor), Islam juga kehilangan pengaruhnya di Spanyol
.
b.      Tidak adanya ideologi pemersatu
Kisah Umat Islam di Spanyol seperti kisah yang sama di Perang Salib. Mereka hancur akibat tidak adanya persatuan. Ketika di bawah Saladin mereka bersatu dan tidak terkalahkan, namun ketika mereka saling berperang di kalangan sendiri mereka dengan mudah dapat dikalahkan.[49] Pun demikian keadaan dengan umat Islam di Spanyol

c.       Kesulitan ekonomi
Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat “serius”, sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.

d.      Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan di antara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk Al-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, di antaranya juga disebabkan permasalahan ini.


e.        Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. la selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dan Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana.


PENUTUP
Kesimpulan
            Peradaban Islam di Spanyol terlihat setelah masuknya Ad-Dakhil ke sana. Perlahan demi perlahan Islam memberikan kontribusi yang cukup besar bagi kemajuan Spanyol. ejayaan Islam di Spanyol merupakan salah satu prestasi penting bagi umat islam karena memberikan sumbangsih yang besar bagi kemajuan dunia dan Eropa pada khususya. Kemajuan ini dicapai karena beberpa faktor. Yaitu factor yang dating dari diri orang Islam sendiri dan dari luar orang Islam.
Tapi pada abad ke – 10 M dunia Islam mulai menampakkan tanda-tanda kemunduran, begitu juga peradabannya. Kemunduran itu terjadi setapak demi setapak, sehingga pada abad keenam belas islam sudah hamper tak ada lagi di Spanyol.



DAFTAR PUSTAKA

Fakhri, Majid. 1986. Sejarah Filsafat Islam. Jakarta: Pustaka Jaya
Ismail, Faisal. 1996. Paradigma Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Titian Ilahi Press
Nasution, Harun. 1983.  Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: Pustaka Al-Husna
Syalabi, A.. 1983.  Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna
Yatim, Badri. 2007.  Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Raya
http://my.opera.com/hasniew/blog/2010/07/11/peradaban-islam-di-andalusia-spanyol-2

 







[1][1] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, PT. Raja Grafindo Raya, 2007, halm.91
[2][2] A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, jilid 2, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983, cetakan pertama), hlm. 154
[3][3] Badri Yatim, op. cit.. Hlm. 94
[4][4] Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, JIlid 2, (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983, cetakan pertama), hlm. 154
[5][5] Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996), hlm.149
[6][6] Majid Fakhri, Sejarah Filsafat Islam, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1986), hlm. 357.
[7][7] Badri Yatim, op. Cit. 101
[8][8] Ahmad Syalabi, op. cit.,hlm. 86
[9][9] http://my.opera.com/hasniew/blog/2010/07/11/peradaban-islam-di-andalusia-spanyol-2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar