MAKALAH
PEMIKIRAN DAN PERADABAN ISLAM
PERADABAN ISLAM DI MASA DINASTI UMAYYAH II DI ANDALUSIA (SPANYOL)
Dosen pengampu : Abdul Haris, MHI
OLEH :
1.
Siti zunia khoirotin (1401290053)
2.
Miftakhul jannah (1401290066)
PRODI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS KH. A. WAHAB HASBULLAH
MARET 2015
PEMBAHASAN
A. Masuknya Islam
di Spanyol
Masuknya Islam si Spanyol diawali dengan
lolosnya Abdurrahman, satu-satunya orang yang selamat dari pembinasaan Bani
Umayyah oleh Dinasti Abbasiyah pada tahun 750 M. Ia lolos dari kejaran tentara
Bani Abbasiyah dengan cara bersembunyi di dalam sungai Efrat. Ia mengembara ke
Afrika dan akhirnya dapat berkuasa di Spanyol.
Abdurrahman dan keturunannya berhasil
mengangkat derajat islam di Spanyol. Di Cordova, pusat pemerintahan Spanyol,
masjid Cordova, Universitas Cordova dan perpustakaan yang mengandung ribuan
buku-buku ilmiah, telah didirikan pada masa pemerintahannya. Buku-buku dalam
persutakaan tersebut sebagian besar merupakan karya para ilmuwan Muslim. Dari perpustakaan inilah
Spanyol menjadi salah satu pusat pengetahuan dunia. Dari sini bisa dilihat bahwa
Islam memberikan perubahan yang sangat baik untuk kehidupan dunia barat.
Dalam penaklukan Spanyol secara kesuluruhan,
kemenangan selalu berada pada pihak orang Muslim. Kemenangan ini disebabkan
oleh dua faktor yaitu faktor eksternal (berasal dari luar pihak muslim) dan
faktor internal (berasal dari dalam pihak muslim)[1][1].
Faktor eksternalnya adalah keadaan ekonomi,
sosial, politik, dan keagamaan di Spanyol yang memburuk. Secara politik,
wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa Negara kecil.
Bersamaan dengan itu, penguasa Gothic bersikap tidak toleran terhadap aliran
agama yang dianut oleh penguasa daerah (aliran Monofosit), apalagi terhadap
penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian
terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen. Yang
tidak bersedia akan disiksa dan dibunuh. Selain itu, masyarakat Spanyol hidup
dalam sistem kelas, dan rakyat kasta bawah menjadi sangat tertindas. Dalam
situasi ini, masyarakat Spanyol mendambakan seorang juru penyelamat dan pada
waktu itu Islam dating dan menawarkan kedamaian. Sektor ekonomi di Spanyol
sangat mengkhawatirkan. Di bawah kekuasaan kerajaan Visigotghic, pertanian, perindustrian, dan pertambangan sama sekali
tidak berkembang alias lumpuh.
Sedangkan faktor internalnya adalah para
pemimpin Islam yang tangguh, kuat, kompak, cakap, berani dan percaya diri.
Selain itu, tentara Islam menunjukkan bahwa agama yang mereka percayai adalah
agama yang penuh dengan toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong.
Dalam
proses penaklukan Spanyol ada tiga orang yang berjasa yaitu:
1.
Tharif ibn Malik. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia
menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu
pasukan perang, lima ratus orang diantaranya adalah tentara berkuda, mereka
menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Ia menang dan kembali ke
Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya.
2.
Thariq ibn Ziyad Rahimahullah lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol
karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari
sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair Rahimahullah dan
sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid Rahimahullah. Pasukan
itu kemudian menyeberangi Selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad
Rahimahullah. Ia menyiapkan pasukannya di sebuah gunung yang dikenal
dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dari situ Thariq Rahimahullah dan
pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting, seperti Cordova, Granada dan
Toledo (ibu kota kerajaan Gothik saat itu).[2][2]
3.
Musa ibn Nushair. Beliau merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang
pertempuran dengan maksud membantu perjuangan Thariq. Dan akhirnya beliau
berdua memenangkan daerah Spanyol.
B.
Perkembangan Islam di Spanyol
1.
Periode Pertama (711-755 M )
Pada
priode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh
Khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Dalam periode
ini stabilitas politik negeri belum tercapai secara sempurna. Hal ini
disebabkan oleh adanya gangguan-gangguan yang datang dari dalam dan luar.
Gangguan
dari dalam adalah perselisihan di antara elit penguasa, terutama akibat
perbedaan etnis dan golongan.[3][3]
Selain itu, terdapat perbedaan pandangan antara Khalifah di Damakus dan
gubernur Afrika Utara. Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali
(gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat.
Gangguan
dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal
di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan
Islam.
2.
Periode kedua (755-912 M)
Pada
periode ini, Spanyol berada dibawah pemerintahan seorang yang bergelar Amir
(panglima atau Gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam
yang ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Penguasa-penguasa
Spanyol pada periode ini adalah Abd al-Rahman Al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abd
Al-Rahman Al-Autshat, Muhammad ibn Abd Al-Rahman, Munzir ibn Muhammad, dan
Abdullah ibn Muhammad.
Pada
periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan baik dalam
bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Pemikiran filsafat mulai
masuk pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman Al-Autshat. Abd
Al-Rahman Al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota
besar Spanyol. Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam dan Hakam
dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Sekalipun demikian,
berbagai ancaman dan kerusuhan terjadi. pada pertengahan Abad ke-9, stabilitas
negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik. Selain itu, terjadi
gerakan revolusi oleh orang- orang yang merasa tidak puas dengan pemerintahan,
dan pemberontakan yang dipelopori oeh Hafsun dan anaknya. selain itu, perang
antara suku arab dan suku Barbar sering terjadi.
3.
Periode ketiga (912-1013 M)
Periode
ini mulai berlangsung mulai dari pemerintahan Abd Al-Rahman III yang bergelar
“An-Nasir” sampai munculnya “Raja-raja Kelompok” yang dikenal dengan sebutan
muluk al-thawaif . pada periode ini, spanyol diperintahkan oleh penguasa dengan
gelar Khalifah. Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada
tiga orang yaitu Abd Al-Rahman Al-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan
Hisyam (976-1009M).
Pada
periode ini, Umat IslamSpanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan, menyaingi
kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abd Al-Rahman Al-Nashir mendirikan
Universitas Cordova. Perpustakaan memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II
juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Awal kehancuran Spanyol
terjadi ketika Hisyam naik tahta. pada waktu usianya berumur sebelas tahun.
karena itulah kekhalifahan berada pada tangan para pejabat. para pejabat
mengankat Ibn Abi ‘Amr sebagai pemegang kekuasaan. Ia dinilai berhasil dalam
pemerintahnnya karena berhasil melakukan ekspansi yang cukup luas. Pada tahun
1002 M, ia digantikan oleh anaknya, Al- Muzaffar. Pada tahun 1008 M,
Al-Muzaffar digantikan oleh adiknya yang sama sekali tidak berkompeten dalam
memerintah. Sehingga dalam pemerintahannya terjadi kehancuran yang parah dan
para pejabat pun tak ada yang bisa memperbaiki Spanyol pada waktu itu. Pada
1013 M para menteri menghapus jabatan kholifah dan pada waktu itu Spanyol sudah
terpecah menjadi negara- negara kecil.
4.
Periode keempat (1013-1086 M)
Pada
periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh Negara kecil di
bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth-Thawaif, yang berpusat
di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Pada periode
ini umat Islam Spanyol kembali memasuk masa pertikaian intern. Ironisnya, kalu
terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu yang
meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang
menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya, orang-orang Kristen
pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun, kehidupan
politik tidak stabil, namun, kehidupan intelektual terus berkembang pada
periode ini.
5.
Periode kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara,
tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan Daulah Murabithun (860-1143 M) dan Daulah Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Ia masuk ke Spanyol atas undangan penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah berjuang mempertahankan
negeri-negerinya dari serangan-serangan orang-orang Kristen. Ia dan tentaranya
memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Akan
tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada
tahun 1118 M, Zaragoza jatuh ke tangan Kristen. Pada tahun
1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh Daulah Muwahhidun. Pada tahun 1146 M penguasa Dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart (w. 1128). Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abdul Mun’im. Antara tahun 1114 dan 1154 M, kota-kota muslim penting, Cordova, Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah kekuasaannya.
Untuk beberapa dekade, daulah ini mengalami
banyak kemajuan. Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul
mundur. Akan tetapi tidak lama setelah itu, Muwahhidun mengalami kehancuran. Kekalahan-kekalahan yang
dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih untuk
meninggalkan Spanyol dan kembali ke
Afrika Utara tahun 1235 M.
Keadaan Spanyol kembali
runyam, berada di bawah penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian, umat Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin
besar. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Sevilla jatuh tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuatan Islam.
6.
Periode keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah
Granada, dibawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami
kemajuan seperti di zaman Abdurrahman An-Nasir. Akan tetapi, secara politik,
dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuatan Islam yang merupakan
pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir , karena perselisihan orang-orang
istana dalam memperebutkan kekuasaan (Abu Abdullah). Abu Abdullah meminta
bantuan kepada Ferdinand dan Isabella, inilah yang menyebabkan hilangya
eksistensi Islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa menahan
serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia
menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand dan Isabella. Kemudian, hijrah ke Afika
Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M.
umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi
meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat islam di
daerah ini.[4][4]
C. Kemajuan Peradaban
1.
Pengetahuan
Kemajuan yang terjadi
di Spanyol pada waktu itu adalah berkat
inisiatif Al-Hakam (961-976 M). Al-Hakam mengimpor naskah-naskah
(sastra, filosofis, dan karya ilmiah) dari Timur ke Spanyol. Al-HAkam II memperluas
dan memperbesar perpustakaan yang ada di Ibukota Cordoba sehingga menjadi
perpustakaan terbesar untuk seluruh Eropa (pada masanya dan abad-abad
berikutnya. Keterlibatan dan keasyikannya pada dunia ilmu pengetahuan
dilukiskan dalam Historians’ History os the World (Vol. VIII:233)[5][5]
a.
Filsafat
Islam di Spanyol telah
mencatat satu lembaran budaya yang sangat brillian dalam bentangan sejarah
Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan
Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu
pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M, selama pemerintahan penguasa
Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad Ibnu Abd Al-Rahman (832-886 M).[6][6]
Tokoh utama pertama
dalam sejarah filsafat Arab-Spanyl adalah Abu Bakr Muhamad ibn Al-Sayigh yang
lebih dikenal dengan Ibnu Bajjah. MAsalah yang dikemukakannya bersifat etis dan
eskatologis. Magnum Opusnya adalah Tadbir Al-Mutawahhid.[7][7]
Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail. Karya Abu Bakr ibn Thufail adalah
Hay ibn Yaqzhan. Tokoh utama selanjutnya adalah Ibu Rusyd. Ibnu Rusyd
adalah filsuf terbesar Islam.
b.
Fiqh
Spanyol adalah penganut
mazhab maliki dalm bidang fiqh. Mazhab ini diperkenlakan oleh Ziyad ibn Abd
Al-Rahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya, yang menjadi
Qadhi pada masa pemerintahan Hisyam ibn Abd Al-Rahman. Tokoh-tokoh lain dalm
bidang fiqh di Spanyol antara lain Abu Bakr ibn Al-Quthiyah, Munzir ibn Sa’id
l-Baluthi, dan Ibn Hazm.
c.
Sains
Ilmu kedokteran, musik,
matematika, astronomi kimia dan lain-lain juga berkembangn dengan baik. Abbas
ibn Farnas terkenal dengan kiia dan astronomi. Ia adalah orang yang menemukan
pembuatan kaca dari batu.[8][8]
Ahmad ibn Ibas adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm Al-HAsan bint Abi
Ja’far dan saudara perempuan Al-hafidz adalah dua perempuan yang terkenal dalam
bidang kedokteran.
Dalam bidang sejarah
dan geografi ada Ibn Jubair yang menulis tentang negeri-negeri muslim
Meditirenia, Ibn Al-Khatib yang menyusun
riwayat Granada, dan Ibnu Khaldun yang merumuskan filsafat sejarah.
d.
Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan
seni suara, tokohnya adalah Al-Hasan ibn Nafi. Beliau terkenal sebagai
penggubah lagu. Dan di dalam setiap pertunjukan dan perjamuan, kemampuannya
selalu dipetunjukkan. Ia terkenal dengan sebutan Zaryab.
e.
Bahasa dan Sastra
Bahasa yang digunakan
dalam administrasi dan pemerintah Spanyol adalah bahasa Arab. Uniknya penduduk
asli tidak memprotes keadaan tersebut. Bahkan, mereka justru cenderung
menomorduakan bahasa asli mereka.
Tokoh bahasa ketika itu
adalah Ibn Sayyidih, Ibn Malik (pengarang Alfiyah),
Ibn Khuruf, Ibn Al-Hajj, Abu Ali Al-Isyibili, Abu Al-Hasan Ibn Usfur, dan abu
Al-Hayyan Al-Gharnathi.
Selain itu, ada juga Ibn Abdi Rabbih
dengan bukunya Al-Iqd al-Farid, Ibn Basam dengan bukunya Al-Dzakirah fi
Miahasin al-Jazirah, dan Al-Fath Ibn al-Haqan dengan karangannya Al-Qalaid.[9][9]
2.
Pembangunan
Pemerintah Islam membuat tropong bintang di
Cordova, membangun pasar dan jembatan, melakukan upaya pengendalian banjir dan
penyimpanan air hujan, membangun sistem irigasi hidrolik dengan menggunakan
roda air (water wheel),
memperkenalkan tanaman padi dan jeruk, dan mendirikan pabrik-pabrik tekstil,
kulit, logam, dan lainnya.
Namun demikian, pebangunan yang paling menonjol
adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, mesjid,
pemukiman, dan taman-taman. Di antara pembangunan yang megah adalah adalah
mesjid Cordova, kota Al-Zahra, Istana JA’fariyah di Saragosa, tembok Toledo,
istana Al-Makmun, mesjid Seville, dan Istana Al-Hara di Granada.
a. Cordova
Cordova adalah ibu kota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil alih oleh
Bani Umayyah. Oleh penguasa muslim, kota ini dibangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun
melintang di atas sungai Al-Wadi Al-Kabier (Spanyol: Guadalquivier)
yang mengalir di tengah kota.[37] Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibu kota Spanyol
Islam itu.
Pohon-pohon dan bunga-bunga diimpor dari Timur. Di seputar ibu kota berdiri
istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan, setiap istana
dan taman diberi nama tersendiri dan di puncaknya terpancang istana Damsyik. Di antara kebanggaan kota Cordova lainnya adalah Masjid
Cordova (Spanyol:
La Mesquite Al Yama). Pada masa An-Nashir, penduduknya mencapai ½ juta
jiwa, terdapat 700 masjid berikut 300 kamar mandinya.[38] Masjid Cordova dibangun tahun 170 H/768 M oleh Ad-Dakhil.
Kemudian Hisyam membangun menara pertama, dan renovasi serta pengembangan
masjid ini terus berlangsung hingga Masjid Besar Cordova luasnya mencapai 180 m
x 135 m.[39] Di sekitarnya berdiri perkampungan-perkampungan yang indah.
b. Granada
Granada adalah tempat pertahanan terakhir ummat Islam di Spanyol. Di sana berkumpul sisa-sisa
kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova diambil alih oleh Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya
terkenal di seluruh Eropa. Istana
al-Hambra yang
indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol
Islam. Istana
itu dikelilingi taman-taman yang tidak kalah indahnya. Kisah tentang kemajuan
pembangunan fisik ini masih bisa diperpanjang dengan kota dan istana
az-Zahra, istana
al-Gazar, menara Girilda dan lain-lain.
D.
Sebab Kemajuan Dan Kemunduran
1.
Kemajuan
a) Toleransi beragama
Spanyol Islam, kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya
penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan
kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abdurrahman al-Dakhil, Abdurrahman al-Ausath dan Abdurrahman an-Nashir. Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin tersebut
ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-penguasa lainnya yang memelopori
kegiatan-kegiatan ilmiah seperti Muhammad ibn Abdurrahman (852-886M) dan
al-Hakam II al-Muntashir (961-976M).
b) Pemimpin yang berwibawa
Toleransi beragama ditegakkan oleh para
penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi, sehingga mereka ikut berpartisipasi
mewujudkan peradaban Arab Islam di Spanyol. Untuk orang-orang Kristen, sebagaimana
juga orang-orang Yahudi, disediakan
hakim khusus yang menangani masalah sesuai dengan ajaran agama mereka
masing-masing. Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk, terdiri dari
berbagai komunitas, baik agama maupun bangsa. Dengan ditegakkannya toleransi
beragama, komunitas-komunitas itu dapat bekerja sama dan menyumbangkan
kelebihannya masing masing.
c)
Kesatuan budaya dunia
islam
Disintegrasi negara-negara muslim pada abad
ke-11 dan sesudahnya tidak menyebabkan mundurnya peradaban. Masa itu, bahkan
merupakan puncak kemajuan ilmu pengetahuan, kesenian, dan kebudayaan Spanyol Islam. Setiap dinasti (raja) di Malaga, Toledo, Sevilla, Granada, dan lain-lain berusaha menyaingi Cordova. Kalau sebelumnya Cordova merupakan satu-satunya pusat ilmu dan
peradaban Islam di Spanyol, Muluk ath-Thawa’if berhasil mendirikan pusat-pusat peradaban baru
yang di antaranya justru lebih maju.
2.
Kemunduran
a. Konflik islam dengan Kristen
Kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara
Islam dan Kristen. Hal ini
diakibatkan karena penguasa Islam sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti
dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya
dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi
hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian,
pengaruh Arab di Spanyol tidak bisa sampai keluar batas-batas kota, dan para
petani Spanyol tidak menganut Islam. Justru kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Karena alasan inilah, maka bersamaan dengan
jatuhnya kekuasaan Arab (bangsa Moor), Islam juga kehilangan pengaruhnya di
Spanyol
.
b.
Tidak adanya ideologi
pemersatu
Kisah Umat
Islam di Spanyol seperti kisah yang sama di Perang Salib. Mereka hancur akibat
tidak adanya persatuan. Ketika di bawah Saladin mereka bersatu dan tidak
terkalahkan, namun ketika mereka saling berperang di kalangan sendiri mereka
dengan mudah dapat dikalahkan.[49] Pun demikian
keadaan dengan umat Islam di Spanyol
c.
Kesulitan ekonomi
Di paruh kedua
masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dengan sangat “serius”, sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat
memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.
d.
Tidak jelasnya sistem
peralihan kekuasaan
Hal ini
menyebabkan perebutan kekuasaan di antara ahli waris. Bahkan, karena inilah
kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk Al-Thawaif muncul. Granada yang
merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand
dan Isabella, di antaranya juga disebabkan permasalahan ini.
e. Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia
Islam yang lain. la selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali
dan Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu
membendung kebangkitan Kristen di sana.
PENUTUP
Kesimpulan
Peradaban Islam di Spanyol terlihat setelah masuknya
Ad-Dakhil ke sana. Perlahan demi perlahan Islam memberikan kontribusi yang
cukup besar bagi kemajuan Spanyol. ejayaan Islam di Spanyol merupakan salah
satu prestasi penting bagi umat islam karena memberikan sumbangsih yang besar
bagi kemajuan dunia dan Eropa pada khususya. Kemajuan ini dicapai karena
beberpa faktor. Yaitu factor yang dating dari diri orang Islam sendiri dan dari
luar orang Islam.
Tapi pada abad ke – 10 M dunia Islam mulai
menampakkan tanda-tanda kemunduran, begitu juga peradabannya. Kemunduran itu
terjadi setapak demi setapak, sehingga pada abad keenam belas islam sudah
hamper tak ada lagi di Spanyol.
DAFTAR PUSTAKA
Fakhri, Majid. 1986. Sejarah Filsafat Islam. Jakarta: Pustaka
Jaya
Ismail, Faisal. 1996. Paradigma Kebudayaan Islam. Yogyakarta:
Titian Ilahi Press
Nasution, Harun. 1983. Islam
Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: Pustaka Al-Husna
Syalabi, A.. 1983. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna
Yatim, Badri. 2007. Sejarah
Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Raya
http://my.opera.com/hasniew/blog/2010/07/11/peradaban-islam-di-andalusia-spanyol-2
[1][1] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, PT.
Raja Grafindo Raya, 2007, halm.91
[2][2]
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, jilid 2, (Jakarta: Pustaka Al-Husna,
1983, cetakan pertama), hlm. 154
[4][4]
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari
Berbagai Aspeknya, JIlid 2, (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983, cetakan
pertama), hlm. 154
[5][5]
Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam,
(Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996), hlm.149
[6][6]
Majid Fakhri, Sejarah Filsafat Islam,
(Jakarta: Pustaka Jaya, 1986), hlm. 357.
[7][7]
Badri Yatim, op. Cit. 101
[8][8]
Ahmad Syalabi, op. cit.,hlm. 86
[9][9]
http://my.opera.com/hasniew/blog/2010/07/11/peradaban-islam-di-andalusia-spanyol-2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar