Rabu, 18 November 2015

konsep jual beli dalam islam



MAKALAH
TAFSIR AL QUR’AN EKONOMI DAN BISNIS
KONSEP JUAL BELI DALAM ISLAM
Dosen pengampu : M. sholeh mauludin, S.E, M.SI

OLEH :

Siti zunia khoirotin
 (1401290053)

PRODI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS KH. A. WAHAB HASBULLAH
OKTOBER 2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah Tata Niaga Peternakan dengan judul “Pengertian Dan Dasar Hukum Jual Beli, Rukun Dan Syarat Jual Beli, Serta Jual Beli Yang Dilarang Dalam Islam.”
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang telah diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah tafsir al-qur’an ekonomi dan bisnis. Shalawat dan salam buat junjungan umat, Nabi Muhammad SAW yang telah membuka mata dunia akan pentingnya arti pendidikan sehingga kita bisa menikmati dunia pendidikan yang penuh dengan ilmu pengetahuan.  
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin, namun dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis mengharap kritik dan saran atas kekurangan dan kekeliruan yang tidak penulis sadari demi kesempurnaannya. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.
                                               
. 



                                                                                    Jombang, 15 oktober 2015



Penulis

Siti zunia kh





DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL.................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR................................................................................................. 2                
DAFTAR ISI................................................................................................................. 3
BAB I     PENDAHULUAN........................................................................................ 4
A.    Latar belakang......................................................................................... 4
B.     Rumusan masalah ................................................................................... 4
BAB II    PEMBAHASAN........................................................................................... 5
1.      Pengertian jual beli................................................................................. 5
2.      Dasar hukum jual beli............................................................................ 5
3.      Rukun, syarat dan macam jual beli ...................................................... 7
4.      Jual beli yang dilarang dalam islam...................................................... 9
5.      Beberapa hukum jual beli dalam islam................................................. 11
BAB III   PENUTUP ................................................................................................... 11
A.    KESIMPULAN....................................................................................... 11
B.     SARAN.................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 12









BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan yang bersifat fisik dan non fisik. Kebutuhan itu tidak pernah dapat dihentikan selama hidup manusia. Untuk mencapai kebutuhan itu, satu sama lain saling bergantung.. Oleh karena itu, , kita dapat mebiasakan diri dengan menginfakkan atau memberikan sebagian rezeki yang kita peroleh meskipun sedikit, seperti memberikan santunan kepada fakir miskin, orang tua  dan  jompo,  mengangkat anak  asuh,  memberi bantuan kepada  orang  yang sedang menuntut ilmu, membangun sarana umum (jalan), serta mencari upaya mengentaskan kemiskinan yang ada di masyarakat
Dalam surah Al-Isra dijelaskan bahwa :
“(26) Dan Berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang ada dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghamburkan (hartamu) dengan boros. (27) Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudaranya setan dan sesungguhnya setan itu sangat ingkar kepada tuhannya.” (QS Al Isra : 26-27)
Allah mengingatkan bahwa betapa buruknya sifat orang yang boros. Mereka dikatakan sebagai  saudaranya  setan.  Orang  yang  boros  bermakna  orang  yang membelanjakan hartanya dalam perkara yang tidak mengandung manfaat berarti.
     
B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Apa pengertian jual beli dalam islam?
2.      Apa dasar hukum jual beli dalam islam?
3.      Apa rukun, syarat dan macam jual beli?
4.      Apakah jual beli yang di larang dalam islam?
5.      Apa saja hukum jual beli?


BAB I
PEMBAHASAN

1.      Pengertian jual beli
Jual beli Adalah proses pemindahan hak milik/barang atau harta kepada pihak lain dengan menggunakan uang sebagai alat tukarnya.
Menurut etimologi, jual beli adalah pertukaran sesuatu dengan sesuatu (yang lain). Kata lain dari jual beli adalah al-ba’i, asy-syira’, al-mubadah, dan at-tijarah. Menurut terminologi, para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikannya, antara lain :
1.      Menurut ulama Hanafiyah : Jual beli adalah ”pertukaran harta (benda) dengan hartaberdasarkan cara khusus (yang dibolehkan).”
2.      Menurut Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ : Jual beli adalah “ pertukaran harta dengan harta untuk kepemilikan.”
3.      Menurut Ibnu Qudamah dalam kitab Al-mugni : Jual beli adalah “ pertukaran harta dengan harta, untuk saling menjadikan milik.” Pengertian lainnya jual beli ialah persetujuan saling mengikat antara penjual ( yakni pihak yang menyerahkan/menjual barang) danpembeli (sebagai pihak yang membayar/membeli barang yang dijual).Pada masa Rasullallah SAW harga barang itu dibayar dengan mata uangyang terbuat dari emas (dinar) dan mata uang yang terbuat dari perak(dirham).

2.      Dasar hukum jual beli
Landasan atau dasar hukum mengenai jual beli ini disyariatkan berdasarkan Al-Qur’an, Hadist Nabi, dan Ijma’ Yakni :

2.1. Al Qur’an
Yang mana Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa : 29
$ygƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãYtB#uä Ÿw (#þqè=à2ù's? Nä3s9ºuqøBr& Mà6oY÷t/ È@ÏÜ»t6ø9$$Î/ HwÎ) br& šcqä3s? ¸ot»pgÏB `tã <Ú#ts? öNä3ZÏiB 4 Ÿwur (#þqè=çFø)s? öNä3|¡àÿRr& 4 ¨bÎ) ©!$# tb%x. öNä3Î/ $VJŠÏmu ÇËÒÈ  
“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu makan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu” (QS. An-Nisa : 29).
šúïÏ%©!$# tbqè=à2ù'tƒ (#4qt/Ìh9$# Ÿw tbqãBqà)tƒ žwÎ) $yJx. ãPqà)tƒ Ï%©!$# çmäܬ6ytFtƒ ß`»sÜø¤±9$# z`ÏB Äb§yJø9$# 4 y7Ï9ºsŒ öNßg¯Rr'Î/ (#þqä9$s% $yJ¯RÎ) ßìøt7ø9$# ã@÷WÏB (#4qt/Ìh9$# 3 ¨@ymr&ur ª!$# yìøt7ø9$# tP§ymur (#4qt/Ìh9$# 4 `yJsù ¼çnuä!%y` ×psàÏãöqtB `ÏiB ¾ÏmÎn/§ 4ygtFR$$sù ¼ã&s#sù $tB y#n=y ÿ¼çnãøBr&ur n<Î) «!$# ( ïÆtBur yŠ$tã y7Í´¯»s9'ré'sù Ü=»ysô¹r& Í$¨Z9$# ( öNèd $pkŽÏù šcrà$Î#»yz ÇËÐÎÈ  
275. orang-orang yang Makan (mengambil) riba[174] tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila[175]. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu[176] (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

2.2.Sunnah
Nabi, yang mengatakan:” Suatu ketika Nabi SAW, ditanya tentang mata pencarian yang paling baik. Beliau menjawab, ’Seseorang bekerja dengan tangannya dan setiap jual beli yang mabrur.” (HR. Bajjar, Hakim yang menyahihkannya dari Rifa’ah Ibn Rafi’). Maksud mabrur dalam hadist adalah jual beli yang terhindar dari usaha tipu-menipu dan merugikan orang lain.

2.3. Ijma’
Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai. Mengacu kepada ayat-ayat Al Qur’an dan hadist, hukum jual beli adalah mubah (boleh). Namun pada situasi tertentu, hukum jual beli itubisa berubah menjadi sunnah, wajib, haram, dan makruh.
Berikut ini adalah contoh bagaimana hukum jual beli bisa berubah menjadi sunnah, wajib, haram, atau makruh. Jual beli hukumnya sunnah,misalnya dalam jual beli barang yang hukum menggunakan barangyang diperjual-belikan itu sunnah seperti minyak wangi. Jual beli hukumnya wajib, misalnya jika ada suatu ketika para pedagang menimbun beras, sehingga stok beras sedikit dan mengakibatkan harganya pun melambung tinggi. Maka pemerintah boleh memaksa para pedagang beras untuk menjual beras yang ditimbunnya dengan harga sebelum terjadi pelonjakan harga.
Menurut Islam, para pedagang beras tersebut wajib menjual beras yang ditimbun sesuai dengan ketentuan pemerintah. Jual beli hukumnya haram, misalnya jual beli yang tidak memenuhi rukun dan syarat yang diperbolehkan dalam islam, juga mengandung unsur penipuan. Jual beli hukumnya makruh, apabila barang yang dijual-belikan ituhukumnya makruh seperti rokok.
3.      Rukun, syarat dan macam jual beli
Rukun dan syarat jual beli adalah ketentuan-ketentuan dalam jual beli yang harus dipenuhi agar jual belinya sah menurut syara’ (hukum islam).
Rukun Jual Beli:
o   Dua pihak membuat akad penjual dan pembeli
o   Objek akad (barang dan harga)
o   Ijab qabul (perjanjian/persetujuan)
3.1. Orang yang melaksanakan akad jual beli ( penjual dan pembeli )
Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh penjual dan pembeli adalah :
1.      Berakal, jual belinya orang gila atau rusak akalnya dianggap tidak sah.
2.      Baligh, jual belinya anak kecil yang belum baligh dihukumi tidak sah. Akan tetapi, jika anak itu sudah mumayyiz (mampu membedakan baik atau buruk), dibolehkan melakukan jual beli terhadap barang-barang yang harganya murah seperti : permen, kue, kerupuk, dll.
3.      Berhak menggunakan hartanya. Orang yang tidak berhak menggunakan harta milik orang yang sangat bodoh (idiot) tidak sah jual belinya. Firman Allah ( Q.S. An-Nisa’(4): 5):
3.2. Sigat atau Ucapan
3.3.Ijab dan Kabul. Ulama fiqh sepakat, bahwa unsur utama dalam jual beli adalah kerelaan antara penjual dan pembeli. Karena kerelaan itu berada dalam hati, maka harus diwujudkan melalui ucapan ijab (dari pihak penjual) dan kabul (dari pihak pembeli).
Adapun syarat-syarat ijab kabul adalah :
1.      Orang yang mengucap ijab kabul telah akil baliqh.
2.      Kabul harus sesuai dengan ijab.
3.      Ijab dan kabul dilakukan dalam suatu majlis.

3.4. Barang Yang Diperjual Belikan
Barang yang diperjual-belikan harus memenuhi syarat-syarat yang diharuskan, antara lain :
1.Barang yang diperjual-belikan itu halal.
2Barang itu ada manfaatnya.
3Barang itu ada ditempat, atau tidak ada tapi ada ditempat lain.
4.Barang itu merupakan milik si penjual atau dibawah kekuasaanya.
5.Barang itu hendaklah diketahui oleh pihak penjual dan pembeli dengan jelas, baik zatnya, bentuknya dan kadarnya, maupun sifat-sifatnya.
Macam macam jual beli :
Dari aspek obyeknya, jual beli dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
a.       Bai’ al-MuqayyadahYaitu jual beli barang dengan barang yang biasa disebut jual beli barter.
b.      Bai’ al-MuthlaqYaitu jual beli barang dengan barang lain secara tangguh atau menjual barang dengan harga secara mutlak.
c.       Bai’ al-SharfYaitu menjualbelikan alat pembayaran dengan yang lainnya.
d.      Bai’ al-SalamDalam hal ini barang yang diakadkan bukan berfungsi sebagai mabi’ melainkan berupa dain (tanggungan)Hal ini ditunjukkan dengan adanya jual beli di dunia maya, contoh jual beli lewat internet, online dan lain-lain. Jual beli barang najis seperti anjing, babi, dan sebagainya. Dalam Islam segala sesuatunya telah diatur dalam Al-Qur'an dan as-Sunnah. Begitu juga dalam Al-Qur'an dan as-sunnah dan dijelaskan dalam kitab-kitab fiqh.

4.      Jual beli yang di larang dalam islam
Jual beli dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, antara lain ditinjau dari segi sah atau tidak sah dan terlarang atau tidak terlarang.
4.1. Jual beli yang sah dan tidak terlarang yaitu jual beli yang terpenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya.
4.2. Jual beli yang terlarang dan tidak sah (bathil) yaitu jual beli yang salah satu rukun atau syaratnya tidak terpenuhi atau jual beli itu pada dasar dan sifatnya tidak disyariatkan
·         Menjual air mani hewan
·         Menjual suatu barang yang baru di belinya sebelum di terima, karena miliknya belum sempurna.
·         Menjual buah-buahan sebelum nyata pantas di petik..
4.3.Jual beli yang sah tapi terlarang ( fasid ). Jual beli ini hukumnya sah, tidak membatalkan akad jual beli, tetapi dilarang oleh Islam karena sebab-sebab lain.
1.      Membeli barang dengan harga yang lebih mahal daripada harga di pasar, dengan tujuan orang lain tidak dapat membeli barang tersebut.
2.      Membeli barang yang sudah dibeli orang lain
3.      Mencegat orang yang dalam perjalanan ke pasar untuk membeli barangnya ssebelum mereka sampai di pasar, sedang mereka belum mengetahui harga pasar.
4.      Membeli barang untuk di timbun.
5.      Membeli barang yang bermanfaat, tapi dijadikan alat maksiat.
6.      Jual beli yang disertai tipuan
4.4.Terlarang sebab Ahliah (Ahli Akad). Ulama telah sepakat bahwa jual beli dikategorikan sah apabila dilakukan oleh orang yang baliqh, berakal, dapat memilih. Mereka yang dipandang tidak sah jual belinya sebagai berikut :
a)      Jual beli yang dilakukan oleh orang gila.
b)      Jual beli yang dilakukan oleh anak kecil.
c)      Jual beli yang dilakukan oleh orang buta..
d)     Jual beli terpaksa
4.5. Jual beli fudhul adalah jual beli milik orang lain tanpa seizin pemiliknya.
4.6. Jual beli yang terhalang. Terhalang disini artinya karena bangkrut, kebodohan, atau pun sakit.
4.7. Jual beli malja’  adalah jual beli orang yang sedang dalam bahaya, yakni untuk menghindar dari perbuatan zalim.
4.8. Terlarang Sebab Shigat. Jual beli yang antara ijab dan kabulnya tidak ada kesesuaian maka dipandang tidak sah. Beberapa jual beli yang termasuk terlarang sebab shiqat sebagai berikut :
a)      Jual beli Mu’athah. Jual beli yang telah disepakati oleh pihak akad, berkenaan dengan barang maupun harganya, tetapi tidak memakai ijab kabul.
b)      Jual beli melalui surat atau melalui utusan dikarenakan kabul yang melebihi tempat, akad tersebut dipandang tidak sah, seperti surat tidak sampai ketangan orang yang dimaksudkan.
c)      Jual beli dengan syarat atau tulisan. Apabila isyarat dan tulisan tidak dipahami dan tulisannya jelek (tidak dapat dibaca), maka akad tidak sah.
d)     Jual beli barang yang tidak ada ditempat akad. Terlarang karena tidak memenuhi syarat in’iqad (terjadinya akad). Jual beli tidak bersesuaian antara ijab dan kabul.
e)      Jual beli munjiz  adalah yang dikaitkan dengan suatu syarat atau ditangguhkan pada waktu yang akan datang.
4.9.Terlarang Sebab Ma’qud Alaih (Barang jualan) Ma’qud alaih adalah harta yang dijadikan alat pertukaran oleh orang yang akad, yang biasa disebut mabi ’(barang jualan) dan harga. Tetapi ada beberapa masalah yang disepakati oleh sebagian ulama, tetapi diperselisihkan, antara lain :
a)      Jual beli benda yang tidak ada atau dikhwatirkan tidak ada.
b)      Jual beli yang tidak dapat diserahkan. Contohnya jual beli burung yang ada di udara, dan ikan yang ada didalam air tidak berdasarkan ketetapan syara’.
c)      Jual beli gharar adalah jual beli barang yang menganung unsur menipu (gharar)..
d)     Jual beli barang yang najis dan yang terkena najis. Contohnya : Jual beli bangkai, babi, dll.
e)      Jual beli air
f)       Jual beli barang yang tidak jelas (majhul). Terlarang dikarenakan akan mendatangkan pertentangan di antara manusia.
g)      Jual beli  yang tidak ada ditempat akad (gaib) tidak dapat dilihat. Jual beli sesuatu sebelum dipegangi. Jual beli buah-buahan atau tumbuhan apabila belum terdapat buah, disepakati tidak ada akad. Setelah ada buah, tetapi belum matang, akadnya fasid.
5.      Beberapa hukum jual beli dalam islam

5.1. Mubah (boleh), merupakan asal hukum jual beli
5.2.Wajib, umpamanya wali menjual harta anak yatim apabila terpaksa.
5.3.Haram, sebagaimana yeng telah di terangkan dalam jual beli yang di larang.
5.4.Sunnah, misalnya jual beli kepada sahabat atau famili yang dikasihi, dan kepada orang yang sangat membutuhkan barang itu.


BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Hukum jual beli pada dasarnya diperbolehkan oleh ajaran islam. Kebolehan ini didasarkan kepada kepada firman Allah yang terjemahannya sebagai berikut :‘’ janganlah kamu memakan harta diantara kamu dengan jalan batal melainkan dengan jalan jual beli, suka sama suka...”(Q.S An-Nisa’ : 29) Dan Hadist Nabi SAW, yang artinya sebagai berikut : “ Bahwa nabi SAW ditanya tentang, mata pencaharian apakah yang paling baik ? jawabnya : seseorang yang bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih”.(H.R. Al-Bazzar) Dalam pada itu ulama sepakat mengenai kebolehan berjual beli ini sebagai salah satu usaha yang telah dipraktekkan semenjak masa Nabi SAW hingga saat sekarang ini.
Rukun dan Syarat
            Untuk syah nya jual beli yang dilakukan diperlukan beberapa rukun dan syarat yang harus dipenuhi, yaitu : penjual dan pembeli dengan syarat :
a.       Berakal, bagi yang gila, bodoh dan lainnya tidak syah melakukan jual beli.
b.      Kehendak sendiri, bukan karena dipaksa.
c.       Keadaannya tidak mubazir (pemboros), orang pemberos hartanya dibawah wali.
Barang-barang yang terlarang diperjualbelikan
Keharaman memperjualbelikan barang-barang tersebut didasarkan kepada hadist nabi SAW, yang artinya sebagai berikut: “dan sesungguhnya allah, apabila mengharamkan makan sesuatu kapada suatu kaum, maka mengharamkan pula harganya.

B.     SARAN
Demikian makalah ini menjelaskan tentang konsep jual beli dalam islam. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin, namun dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis mengharap kritik dan saran atas kekurangan dan kekeliruan yang tidak penulis sadari demi kesempurnaannya. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.



DAFTAR PUSTAKA
Rasjid, sulaiman. 1994. Fiqih islam. Bandung: sinar baru algensindo.
Muhammad, Ibrahim Al-Jamal. 1999. Fiqih Muslimah. Jakarta: Pustaka Amani.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar