MAKALAH
TAFSIR AL QUR’AN EKONOMI DAN BISNIS
KONSEP JUAL BELI DALAM ISLAM
Dosen pengampu : M. sholeh mauludin, S.E, M.SI
OLEH :
Siti zunia khoirotin
(1401290053)
PRODI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS KH. A. WAHAB HASBULLAH
OKTOBER 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
tugas makalah Tata Niaga Peternakan dengan judul “Pengertian Dan Dasar Hukum Jual Beli, Rukun Dan Syarat Jual Beli,
Serta Jual Beli Yang Dilarang Dalam Islam.”
Penulisan
makalah ini merupakan salah satu tugas yang telah diberikan oleh dosen
pembimbing mata kuliah tafsir al-qur’an ekonomi dan bisnis. Shalawat dan salam
buat junjungan umat, Nabi Muhammad SAW yang telah membuka mata dunia akan
pentingnya arti pendidikan sehingga kita bisa menikmati dunia pendidikan yang
penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penulis
telah berusaha semaksimal mungkin, namun dengan kerendahan hati penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu
penulis mengharap kritik dan saran atas kekurangan dan kekeliruan yang tidak
penulis sadari demi kesempurnaannya. Semoga makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi pembaca.
.
Jombang,
15 oktober 2015
Penulis
Siti
zunia kh
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................................
1
KATA PENGANTAR................................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 4
A.
Latar belakang......................................................................................... 4
B.
Rumusan masalah ................................................................................... 4
BAB
II PEMBAHASAN........................................................................................... 5
1.
Pengertian jual beli................................................................................. 5
2.
Dasar hukum jual beli............................................................................ 5
3.
Rukun, syarat dan macam jual beli ...................................................... 7
4.
Jual beli yang dilarang dalam islam...................................................... 9
5.
Beberapa hukum jual beli dalam islam................................................. 11
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 11
A.
KESIMPULAN....................................................................................... 11
B.
SARAN....................................................................................................
12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Manusia sebagai
makhluk hidup mempunyai kebutuhan yang bersifat fisik dan non fisik. Kebutuhan
itu tidak pernah dapat dihentikan selama hidup manusia. Untuk mencapai
kebutuhan itu, satu sama lain saling bergantung.. Oleh karena itu, , kita dapat
mebiasakan diri dengan menginfakkan atau memberikan sebagian rezeki yang kita
peroleh meskipun sedikit, seperti memberikan santunan kepada fakir miskin,
orang tua dan jompo,
mengangkat anak asuh, memberi bantuan kepada orang
yang sedang menuntut ilmu, membangun sarana umum (jalan), serta mencari
upaya mengentaskan kemiskinan yang ada di masyarakat
Dalam surah Al-Isra dijelaskan bahwa :
“(26) Dan
Berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin
dan orang yang ada dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghamburkan (hartamu)
dengan boros. (27) Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudaranya
setan dan sesungguhnya setan itu sangat ingkar kepada tuhannya.” (QS Al Isra :
26-27)
Allah mengingatkan bahwa betapa buruknya sifat
orang yang boros. Mereka dikatakan sebagai
saudaranya setan. Orang
yang boros bermakna
orang yang membelanjakan hartanya
dalam perkara yang tidak mengandung manfaat berarti.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian jual beli dalam islam?
2.
Apa dasar hukum jual beli dalam islam?
3.
Apa rukun, syarat dan macam jual beli?
4.
Apakah jual beli yang di larang dalam islam?
5.
Apa saja hukum jual beli?
BAB I
PEMBAHASAN
1.
Pengertian jual beli
Jual
beli Adalah proses pemindahan hak milik/barang atau harta kepada pihak lain
dengan menggunakan uang sebagai alat tukarnya.
Menurut
etimologi, jual beli adalah pertukaran sesuatu dengan sesuatu
(yang lain). Kata lain dari jual beli adalah al-ba’i, asy-syira’,
al-mubadah, dan at-tijarah. Menurut terminologi, para ulama berbeda
pendapat dalam mendefinisikannya, antara lain :
1.
Menurut ulama Hanafiyah : Jual beli adalah
”pertukaran harta (benda) dengan hartaberdasarkan cara khusus (yang
dibolehkan).”
2.
Menurut Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ : Jual beli adalah “ pertukaran harta
dengan harta untuk kepemilikan.”
3.
Menurut Ibnu Qudamah dalam kitab Al-mugni
: Jual beli adalah “
pertukaran harta dengan harta, untuk saling menjadikan milik.” Pengertian
lainnya jual beli ialah persetujuan saling mengikat antara penjual ( yakni pihak yang menyerahkan/menjual barang) danpembeli
(sebagai pihak yang membayar/membeli barang yang dijual).Pada masa
Rasullallah SAW harga barang itu dibayar dengan mata uangyang terbuat dari emas (dinar) dan mata uang yang
terbuat dari perak(dirham).
2.
Dasar hukum jual beli
Landasan atau
dasar hukum mengenai jual beli ini disyariatkan berdasarkan Al-Qur’an, Hadist Nabi,
dan Ijma’ Yakni :
2.1. Al
Qur’an
Yang mana Allah SWT berfirman dalam
surat An-Nisa : 29
$ygr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãYtB#uä w (#þqè=à2ù's? Nä3s9ºuqøBr& Mà6oY÷t/ È@ÏÜ»t6ø9$$Î/ HwÎ) br& cqä3s? ¸ot»pgÏB `tã <Ú#ts? öNä3ZÏiB 4 wur (#þqè=çFø)s? öNä3|¡àÿRr& 4 ¨bÎ) ©!$# tb%x. öNä3Î/ $VJÏmu ÇËÒÈ
“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu makan harta
sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama suka diantara kamu” (QS. An-Nisa : 29).
úïÏ%©!$# tbqè=à2ù't (#4qt/Ìh9$# w tbqãBqà)t wÎ) $yJx. ãPqà)t Ï%©!$# çmäܬ6ytFt ß`»sÜø¤±9$# z`ÏB Äb§yJø9$# 4 y7Ï9ºs öNßg¯Rr'Î/ (#þqä9$s% $yJ¯RÎ) ßìøt7ø9$# ã@÷WÏB (#4qt/Ìh9$# 3 ¨@ymr&ur ª!$# yìøt7ø9$# tP§ymur (#4qt/Ìh9$# 4 `yJsù ¼çnuä!%y` ×psàÏãöqtB `ÏiB ¾ÏmÎn/§ 4ygtFR$$sù ¼ã&s#sù $tB y#n=y ÿ¼çnãøBr&ur n<Î) «!$# ( ïÆtBur y$tã y7Í´¯»s9'ré'sù Ü=»ysô¹r& Í$¨Z9$# ( öNèd $pkÏù crà$Î#»yz ÇËÐÎÈ
275. orang-orang yang Makan
(mengambil) riba[174] tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila[175]. Keadaan mereka
yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya
jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang
telah diambilnya dahulu[176] (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
2.2.Sunnah
Nabi, yang mengatakan:” Suatu
ketika Nabi SAW, ditanya tentang mata pencarian yang paling baik. Beliau menjawab, ’Seseorang bekerja dengan
tangannya dan setiap jual beli yang mabrur.” (HR. Bajjar, Hakim yang
menyahihkannya dari Rifa’ah Ibn Rafi’). Maksud mabrur dalam hadist
adalah jual beli yang terhindar dari usaha tipu-menipu dan merugikan orang
lain.
2.3. Ijma’
Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa
manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain.
Namun demikian, bantuan atau barang
milik orang lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya
yang sesuai. Mengacu kepada ayat-ayat Al Qur’an dan hadist, hukum jual beli
adalah mubah (boleh). Namun
pada situasi tertentu, hukum jual beli itubisa berubah menjadi sunnah,
wajib, haram, dan makruh.
Berikut ini adalah contoh bagaimana
hukum jual beli bisa berubah menjadi sunnah, wajib, haram, atau makruh.
Jual beli hukumnya sunnah,misalnya dalam
jual beli barang yang hukum menggunakan barangyang diperjual-belikan itu sunnah
seperti minyak wangi. Jual beli hukumnya
wajib, misalnya jika ada suatu ketika para pedagang
menimbun beras, sehingga stok beras sedikit dan mengakibatkan harganya pun
melambung tinggi. Maka pemerintah boleh memaksa para pedagang beras untuk
menjual beras yang ditimbunnya dengan harga sebelum terjadi pelonjakan harga.
Menurut Islam, para pedagang beras
tersebut wajib menjual beras yang ditimbun sesuai dengan
ketentuan pemerintah. Jual beli hukumnya haram, misalnya jual beli yang tidak
memenuhi rukun dan syarat yang diperbolehkan dalam islam, juga mengandung unsur
penipuan. Jual beli hukumnya makruh, apabila barang yang dijual-belikan
ituhukumnya makruh seperti rokok.
3.
Rukun, syarat dan macam jual beli
Rukun dan
syarat jual beli adalah ketentuan-ketentuan dalam jual beli yang
harus dipenuhi agar jual belinya sah menurut syara’ (hukum islam).
Rukun
Jual Beli:
o Dua
pihak membuat akad penjual dan pembeli
o
Objek akad (barang dan harga)
o
Ijab qabul (perjanjian/persetujuan)
3.1. Orang yang
melaksanakan akad jual beli ( penjual dan pembeli )
Syarat-syarat yang harus dimiliki
oleh penjual dan pembeli adalah :
1. Berakal, jual belinya orang gila
atau rusak akalnya dianggap tidak sah.
2.
Baligh, jual belinya anak kecil yang belum baligh
dihukumi tidak sah. Akan tetapi, jika anak itu sudah mumayyiz (mampu membedakan
baik atau buruk), dibolehkan melakukan jual beli terhadap barang-barang yang
harganya murah seperti : permen, kue, kerupuk, dll.
3.
Berhak menggunakan hartanya. Orang yang tidak berhak menggunakan harta milik orang yang sangat bodoh
(idiot) tidak sah jual belinya. Firman Allah ( Q.S. An-Nisa’(4): 5):
3.2. Sigat atau
Ucapan
3.3.Ijab dan Kabul. Ulama fiqh sepakat, bahwa
unsur utama dalam jual beli adalah kerelaan antara penjual dan pembeli. Karena
kerelaan itu berada dalam hati, maka harus diwujudkan melalui ucapan ijab (dari pihak penjual) dan kabul
(dari pihak pembeli).
Adapun syarat-syarat ijab kabul
adalah :
1.
Orang yang mengucap ijab kabul telah akil baliqh.
2. Kabul harus sesuai dengan ijab.
3. Ijab dan kabul dilakukan dalam suatu majlis.
3.4. Barang Yang Diperjual Belikan
Barang yang diperjual-belikan harus
memenuhi syarat-syarat yang diharuskan, antara lain :
1.Barang yang diperjual-belikan itu halal.
2Barang itu ada manfaatnya.
3Barang itu ada ditempat, atau tidak ada tapi
ada ditempat lain.
4.Barang itu merupakan milik si penjual atau
dibawah kekuasaanya.
5.Barang itu hendaklah diketahui oleh pihak
penjual dan pembeli dengan jelas, baik zatnya,
bentuknya dan kadarnya, maupun sifat-sifatnya.
Macam macam jual beli :
Dari aspek obyeknya, jual beli dibedakan
menjadi empat macam, yaitu:
a.
Bai’ al-MuqayyadahYaitu jual beli
barang dengan barang yang biasa disebut jual beli barter.
b.
Bai’ al-MuthlaqYaitu jual beli
barang dengan barang lain secara tangguh atau menjual barang dengan harga
secara mutlak.
c.
Bai’ al-SharfYaitu menjualbelikan alat pembayaran dengan
yang lainnya.
d.
Bai’ al-SalamDalam hal ini barang yang diakadkan bukan
berfungsi sebagai mabi’ melainkan berupa dain (tanggungan)Hal ini ditunjukkan
dengan adanya jual beli di dunia maya, contoh jual beli lewat internet, online
dan lain-lain. Jual beli barang najis seperti anjing, babi, dan sebagainya.
Dalam Islam segala sesuatunya telah diatur dalam Al-Qur'an dan as-Sunnah.
Begitu juga dalam Al-Qur'an dan as-sunnah dan dijelaskan dalam kitab-kitab fiqh.
4.
Jual beli yang di larang dalam islam
Jual beli dapat dilihat dari
beberapa sudut pandang, antara lain ditinjau dari segi sah atau tidak sah dan
terlarang atau tidak terlarang.
4.1. Jual
beli yang sah dan tidak terlarang yaitu jual beli yang terpenuhi rukun-rukun
dan syarat-syaratnya.
4.2. Jual
beli yang terlarang dan tidak sah (bathil) yaitu jual beli yang salah satu
rukun atau syaratnya tidak terpenuhi atau jual beli itu pada dasar dan sifatnya
tidak disyariatkan
·
Menjual air mani hewan
·
Menjual suatu barang yang baru di belinya
sebelum di terima, karena miliknya belum sempurna.
·
Menjual buah-buahan sebelum nyata pantas di
petik..
4.3.Jual
beli yang sah tapi terlarang ( fasid ). Jual beli ini hukumnya sah,
tidak membatalkan akad jual beli, tetapi dilarang oleh Islam karena sebab-sebab
lain.
1.
Membeli
barang dengan harga yang lebih mahal daripada harga di pasar, dengan tujuan
orang lain tidak dapat membeli barang tersebut.
2.
Membeli
barang yang sudah dibeli orang lain
3.
Mencegat
orang yang dalam perjalanan ke pasar untuk membeli barangnya ssebelum mereka
sampai di pasar, sedang mereka belum mengetahui harga pasar.
4.
Membeli
barang untuk di timbun.
5.
Membeli
barang yang bermanfaat, tapi dijadikan alat maksiat.
6.
Jual
beli yang disertai tipuan
4.4.Terlarang sebab Ahliah (Ahli Akad). Ulama telah sepakat bahwa jual beli dikategorikan sah
apabila dilakukan oleh orang yang baliqh, berakal, dapat memilih. Mereka yang
dipandang tidak sah jual belinya sebagai berikut :
a)
Jual beli yang
dilakukan oleh orang gila.
b)
Jual beli yang
dilakukan oleh anak kecil.
c)
Jual beli yang
dilakukan oleh orang buta..
d)
Jual beli
terpaksa
4.5. Jual
beli fudhul adalah jual beli milik orang lain tanpa seizin pemiliknya.
4.6. Jual
beli yang terhalang. Terhalang disini artinya karena bangkrut, kebodohan, atau
pun sakit.
4.7. Jual
beli malja’ adalah jual
beli orang yang sedang dalam bahaya, yakni untuk menghindar dari
perbuatan zalim.
4.8. Terlarang Sebab Shigat. Jual
beli yang antara ijab dan kabulnya tidak ada kesesuaian maka dipandang tidak sah. Beberapa jual beli yang
termasuk terlarang sebab shiqat sebagai berikut :
a)
Jual beli Mu’athah. Jual beli yang
telah disepakati oleh pihak akad, berkenaan dengan barang maupun harganya,
tetapi tidak memakai ijab kabul.
b)
Jual beli
melalui surat atau melalui utusan dikarenakan kabul yang
melebihi tempat, akad tersebut dipandang tidak sah, seperti surat tidak sampai
ketangan orang yang dimaksudkan.
c)
Jual beli dengan syarat atau
tulisan. Apabila isyarat dan tulisan tidak dipahami dan tulisannya jelek (tidak
dapat dibaca), maka akad tidak sah.
d)
Jual beli
barang yang tidak ada ditempat akad. Terlarang karena tidak memenuhi
syarat in’iqad (terjadinya akad). Jual beli tidak bersesuaian antara
ijab dan kabul.
e)
Jual beli munjiz adalah
yang dikaitkan dengan suatu syarat atau ditangguhkan pada waktu yang akan
datang.
4.9.Terlarang Sebab Ma’qud Alaih (Barang jualan) Ma’qud alaih adalah harta
yang dijadikan alat pertukaran oleh orang yang akad, yang biasa disebut mabi ’(barang
jualan) dan harga. Tetapi ada beberapa masalah yang disepakati oleh sebagian ulama,
tetapi diperselisihkan, antara lain :
a)
Jual beli
benda yang tidak ada atau dikhwatirkan tidak ada.
b)
Jual beli yang
tidak dapat diserahkan. Contohnya jual beli burung yang ada
di udara, dan ikan yang ada didalam air tidak berdasarkan ketetapan syara’.
c)
Jual beli gharar adalah jual
beli barang yang menganung unsur menipu (gharar)..
d)
Jual beli
barang yang najis dan yang terkena najis. Contohnya : Jual beli bangkai,
babi, dll.
e)
Jual beli air
f)
Jual beli barang yang tidak jelas (majhul). Terlarang dikarenakan akan mendatangkan pertentangan di antara
manusia.
g)
Jual beli yang tidak ada ditempat akad (gaib) tidak
dapat dilihat. Jual beli sesuatu sebelum dipegangi. Jual beli
buah-buahan atau tumbuhan apabila belum
terdapat buah, disepakati tidak ada akad. Setelah ada
buah, tetapi belum matang, akadnya fasid.
5.
Beberapa hukum jual beli dalam islam
5.1. Mubah (boleh), merupakan asal hukum jual beli
5.2.Wajib, umpamanya wali menjual harta anak yatim apabila terpaksa.
5.3.Haram, sebagaimana yeng telah di terangkan dalam jual beli yang di
larang.
5.4.Sunnah, misalnya jual beli kepada sahabat atau famili yang
dikasihi, dan kepada orang yang sangat membutuhkan barang itu.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Hukum jual beli pada dasarnya diperbolehkan
oleh ajaran islam. Kebolehan ini didasarkan kepada kepada firman Allah yang
terjemahannya sebagai berikut :‘’ janganlah kamu memakan harta diantara kamu
dengan jalan batal melainkan dengan jalan jual beli, suka sama suka...”(Q.S
An-Nisa’ : 29) Dan Hadist Nabi SAW, yang artinya sebagai berikut : “ Bahwa nabi
SAW ditanya tentang, mata pencaharian apakah yang paling baik ? jawabnya :
seseorang yang bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang
bersih”.(H.R. Al-Bazzar) Dalam pada itu ulama sepakat mengenai kebolehan
berjual beli ini sebagai salah satu usaha yang telah dipraktekkan semenjak masa
Nabi SAW hingga saat sekarang ini.
Rukun dan Syarat
Untuk
syah nya jual beli yang dilakukan diperlukan beberapa rukun dan syarat yang
harus dipenuhi, yaitu : penjual dan pembeli dengan syarat :
a. Berakal,
bagi yang gila, bodoh dan lainnya tidak syah melakukan jual beli.
b. Kehendak
sendiri, bukan karena dipaksa.
c. Keadaannya
tidak mubazir (pemboros), orang pemberos hartanya dibawah wali.
Barang-barang yang terlarang diperjualbelikan
Keharaman memperjualbelikan barang-barang
tersebut didasarkan kepada hadist nabi SAW, yang artinya sebagai berikut: “dan
sesungguhnya allah, apabila mengharamkan makan sesuatu kapada suatu kaum, maka
mengharamkan pula harganya.
B.
SARAN
Demikian makalah ini menjelaskan tentang konsep jual
beli dalam islam. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin, namun dengan
kerendahan hati penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis mengharap kritik dan saran atas kekurangan
dan kekeliruan yang tidak penulis sadari demi kesempurnaannya. Semoga makalah
ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Rasjid,
sulaiman. 1994. Fiqih islam. Bandung: sinar baru algensindo.
Muhammad, Ibrahim Al-Jamal. 1999. Fiqih Muslimah. Jakarta:
Pustaka Amani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar